REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON---Uang tunai menyelinap dan jatuh seperti pasir dari jemari keluarga muda Amerika, sementara jumlah tabungan mereka berada di belakang generasi terdahulu di tengah ekonomi "yang kembang kempis", kata banyak ahli AS.
"Ini sangat mengkhawatirkan sebab keluarga muda berada di belakang generasi terdahulu bahkan sebelum Great Recession," kata Monique Morrissey, ahli ekonomi di Economic Policy Institute.
AS memang telah menghadapi resesi rata-rata setiap 10 tahun dalam beberapa dasawarsa belakangan, sehingga keluarga muda sudah tertinggal dalam hal tabungan jauh sebelum kemerosotan ekonomi 2007.
"Rumah tangga dalam kelompok usia 35-44 dan di bawah 35 tahun merosot setelah dua resesi terdahulu tanpa pernah bisa bangkit lagi dalam beberapa tahun di antaranya," kata wanita ahli ekonomi itu.
Banyak keluarga yang dipimpin oleh seseorang yang berusia 35 sampai 44 tahun telah menghadapi kemerosotan tabungan setelah dua resesi sebelumnya --1990-91 dan 2001-- tanpa pernah sepenuhnya bisa bangkit lagi.
Kehilangan terlihat jelas. Mereka yang berusia 35 tahun sampai 44 tahun --usia ketika banyak keluarga mulai berpikir sungguh-sungguh mengenai menabung buat pensiun-- menghadapi kemerosotan 54 persen antara 2007 dan 2010, kata Morissey.
Tentu saja, angka kerugian kelompok tersebut jauh lebih tinggi daripada yang dialami keluarga khas Amerika, yang menghadapi penurunan tabungan sebesar 39 persen --dari 126.400 dolar AS pada 2007 jadi 77.300 dolar pada 2010-- selama tiga tahun belakangan. Kemerosotan itu terjadi ketika perumahan mengalami gejolak pada 2007 dan membuat ekonomi terbesar di dunia tersebut terhuyung-huyung.
Yang juga mengkhawatirkan ialah keluarga muda itu mesti lebih banyak menabung guna mengimbangi kemerosotan dalam pensiun yang diberikan majikan dan keuntungan dari jaminan sosial, katanya.
Hati-hati kondisi ini pun bisa kita dialami. Maka, tak ada salahnya siapkan diri menghadapi krisis...