REPUBLIKA.CO.ID, Mayoritas warga Mesir menentang hubungan negaranya dengan rezim Zionis Israel dan menuntut pencabutan perjanjian perdamaian, Camp David, yang ditanda tangani oleh Tel Aviv dan Kairo pada tahun 1979.
"Mayoritas warga Mesir menentang segala bentuk hubungan dengan Israel dan mereka berpikir bahwa Israel adalah rezim penjajah,"kata Kamel Wazni, analis politik kepada Press TV.
Pernyataan tersebut muncul sehari setelah Komisi Pemilihan Umum Mesir mengumumkan bahwa Muhammad Mursi, kandidat dari Ikhwanul Muslimin keluar sebagai pemenang dalam pilpres putaran kedua di negara itu.
Pakar politik tersebut menambahkan, warga Mesir ingin Palestina memiliki hak legalmereka untuk memiliki tanahnya dan saya pikir Ikhwanul Muslimin, jika ingin mendapat legitimasi dari bangsa Mesir, mereka harus menghormati tuntutan rakyat negara ini.
Tekanan opini publik terhadap presiden baru Mesir untuk mempertimbangkan kembali kesepakatan damaidengan Israel dan pembatalan perjanjian Camp David terus meningkat.
Lebih Lanjut Wazni mengatakan, "Saya tidak tahu berapa lama mereka akan enghormati perjanjian Camp David. Jika mereka terus bertahan dengan perjanjian itu,maka mereka akan kehilangan kredibilitasnya."
Kemenangan kandidat Ikhwanul Muslimin telah menimbulkan kekhawatiran bagi pejabat rezim Zionis. Media dan para pejabat Tel Aviv memperingatkan masa depan yang sulit dan tak jelas terkait hubungan Tel Aviv-Kairo.
Para pejabat Israel khawatir bahwa kemenangan Mursi akan mengakhiri perjanjian damai (Camp David) antara Mesir dan Israel, dan mengancam hubungan ekonomi sertakeamanan yang sangat penting bagi Tel Aviv.
Media Israel menggambarkan kemenangan Mursi sebagai "perkembangan berbahaya" bagi Tel Aviv.
Komisi Pemilihan Umum Mesir pada Ahad (24/6) mengumumkan kemenangan Mursi sebagai presiden baru Mesir dalam pilpres putaran kedua di negara itu.