REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) belum menetapkan penggulingan Presiden Paraguay Fernando Lugo melalui pemakzulan sebagai kudeta di negara Amerika Selatan itu. Menurut Departemen Luara Negeri AS, negaranya tetap mengikuti perkembangan secara seksama.
"Kami belum," kata Wanita Juru Bicara Departemen Luar AS Victoria Nuland, Senin (25/6), seperti dilansir Xinhua dan dipantau Antara, Rabu (27/6). Dia mengatakannya ketika menjawab pertanyaan mengenai apakah Washington berpendapat kejadian di Paraguay itu sebagai kudeta.
Ia juga mengatakan Washington belum membuat keputusan mengenai apakah akan menarik duta besarnya untuk Paraguay untuk konsultasi. Soalnya, sejumlah negara di Amerika Latin telah melakukan penarikan duta besarnya dari negara tersebut.
Presiden Venezuela Hugo Chavez menyebut penggulingan tersebut sebagai kudeta, sebab Lugo dipaksa meletakkan jabatan. Wakil Lugo, Federico Franco, diambil sumpahnya sebagai presiden baru setelah pemungutan suara di Senat Paraguay pada Jumat (22/6). Senat Paraguay mendukung pemakzulan Lugo dengan tuduhan telah melaksanakan tugas dengan buruk.
Oposisi menyerukan pemakzulan Lugo setelah sengketa tanah antara petani penggarap dan polisi mengakibatkan 17 orang tewas pada 15 Juni. Chavez, Ahad (24/6), menarik duta besarnya untuk Paraguay dan menghentikan pasokan minyak ke Paraguay dalam protes atas penggulingan Lugo.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri Argentina menyatakan blok perdagangan Amerika Selatan, Mercosur, telah menskors Paraguay dari pertemuan tingkat tinggi mendatang. Negara lain seperti Ekuador, Bolivia, Kuba, Republik Dominika, Brazil dan Peru menyatakan mereka takkan mengakui pemerintah pimpinan Franco.
"Kami telah mengikuti peristiwa itu secara seksama, dan kami tetap sangat prihatin mengenai cepatnya proses yang digunakan buat pemakzulan di Paraguay," kata Nuland. Ia mengatakan Washington berkonsultasi dengan "banyak lintas-bagian" dengan mitranya di Organisasi Negara Amerika.