Rabu 27 Jun 2012 16:59 WIB

Bilderberg dan Krisis Suriah

The Bilderberg Club (ilustrasi).
Foto: news.mostholyfamilymonastery.com
The Bilderberg Club (ilustrasi).

Oleh: Joserizal Jurnalis*

Bassma Kodmani, Head of Foreign Affair of Syrian National Council (kelompok oposisi) dan Marcus Agius, Excecutive Consultant BBC telah menghadiri Bilderberg Meeting di Hotel Westfield Marriott, Virginia, Amerika Serikat.

Bilderberg adalah sebuah organisasi lobi Zionis, bagian dari Freemasonry, lahir di Hotel Bilderberg, Belanda, tahun 1954. Anggotanya adalah para bankir, industrialis, pengusaha, dan peraih hadiah Nobel.

Mereka menentukan siapa yang pantas jadi presiden AS dan menelurkan keputusan-keputusan besar seperti dalam pertemuan di St Moritz, Swiss, tahun 2011. Dalam pertemuan ini dibicarakan bagaimana memperbesar perang di Libya. Dan, empat bulan kemudian Qadafi terbunuh.

Barack Obama dan Hillary Clinton diundang menghadiri Bilderberg Meeting tahun 2008 sebelum pemilihan presiden AS. Tentu bukan sekedar diundang, mereka harus memaparkan program-program. Evaluasi anggota pertemuan yang membuat salah satu dari mereka menjadi presiden AS.

Sekarang soal krisis Suriah, diundang dua orang dengan posisi yang berbeda tapi dalam rangkaian program yang sama, menjatuhkan Presiden Bashar Al-Assad. BBC terbukti merekayasa foto kejadian pembantaian di Houla yang ternyata adalah foto pembantaian di Iraq.

Tujuannya untuk membentuk opini dunia bahwa rezim Bashar melakukan pembantaian massal, oleh sebab itu PBB harus segera memutuskan intervensi militer dalam payung kemanusiaan, menyelamatkan rakyat Suriah dari pemimpinnya yang kejam.

Dengan berlalunya waktu, ternyata yang dibantai terbukti adalah kelompok Alawi dan Sunni pendukung Bashar. Bilderbergers dengan antek-antekya—PBB dan BBC—gigit jari. Rencana dan rekayasa mereka gagal.

Bagaimana dengan kaum Muslimin? Kaum muslimin kebagian peran lapangan dan sudah barang tentu berdarah-darah.

*Presidium MER-C Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement