REPUBLIKA.CO.ID, YANGON- Myanmar mencari pemodal untuk membangun bandar udara antarbangsa kedua untuk ibukota niaganya, Yangon. Bandara kedua itu akan dibangun di lapangan udara tua buatan Jepang pada Perang Dunia II, kata media pemerintah pada Kamis (28/6).
Bandar udara Yangon saat ini adalah salah satu yang tersibuk di daerah itu pada akhir 1950-an, sebelum pemerintahan junta membuat negara tersebut dikucilkan, terutama oleh Barat.
Bandar itu kini ramai lagi. Namun, fasilitas publik itu diduga kewalahan mengatasi arus wisatawan dan pengusaha sesudah pemerintah 15 bulan tersebut membuka negara itu bagi dunia luar.
"Kementerian Angkutan ingin bekerja sama dengan pemodal setempat dan asing untuk pembangunan bandar udara antarbangsa Hanthawady serta untuk meningkatkan dan mencanggihkan beberapa bandar udara dalam negeri," kata pengumuman direktorat Angkutan Udara. Hanthawady akan dibangun di bekas lapangan terbang di dekat kota Bago, sekitar 8 kilometer utara Yangon.
Perusahaan Korea Selatan pernah berencana membangun bandar udara di sana. Tapi proyek itu ditinggalkan pada 1994, segera setelah upacara pemancangan tiang pertama, dengan alasan tidak jelas.
Rancangannya menunjukkan bandar udara itu akan mampu menangani 10 juta orang setahun. Bandar udara Yangon saat ini dipugar pada 2007 dan tampak modern jika dibandingkan dengan banyak bangunan terabaikan di sekitarnya. Kini bandara menangani 2,7 juta penumpang setahun, meskipun hanya 1,45 juta datang pada 2011, kata angka Kementerian Perhubungan.