REPUBLIKA.CO.ID, PRISTINA - Bentrokan tak dapat dielakkan ketika pemerintah Kosovo mendeportasi sekelompok orang Serbia yang berkunjung ke negara itu. Lebih dari 50 orang c dalam insiden yang terjadi Kamis (28/6).
Kelompok Serbia menuduh polisi menggunakan peluru aktif sehingg satu orang menderita luka parah. Satu kelompok sebanyak 70 orang, kebanyakan pemuda dari Serbia, melakukan perjalanan dengan menggunakan dua bus menuju Gazimestan, satu tempat bersejarah dan memiliki nilai agama di dekat Ibu Kota Kosovo, Pristina.
Sat itu polisi memutuskan untuk memulangkan mereka ke Serbia. Pasalnya, mereka sangat agresif, mabuk dan melakukan tindakan provokasi terhadap polisi dan warga sipil.
Menteri Dalam Negeri Kosovo Bajram Rexhepi mengatakan pemuda Serbia tersebut melemparkan batu dan benda berat lain ke arah polisi, tepat setelah mereka diusir dari wilayah Kosovo.
Dinas kesehatan Serbia menyatakan satu orang Serbia menderita luka yang mengancam jiwa dan lima orang lagi dirawat di rumah sakit karena menderita luka tembak.
Sebanyak 20 orang Serbia memerlukan perawatan di Kota Kecil Kursumlija dan Prokuplje, tepat di luar Kosovo. Sembilan personel polisi juga dirawat di rumah sakit dan sebanyak 23 polisi lagi menderita luka ringan, kata menteri dalam negeri Kosovo.
Polisi tak bersedia mengonfirmasi apakah mereka menggunakan peluru aktif. Kosovo memproklamasikan kemerdekaan dari Serbia pada 2008, tapi ketegangan etnik antara 90 persen suku mayoritas Albania dan sekelompok etnik minoritas Serbia yang menolak mengakui negara Kosovo sejak itu telah menggelayuti wilayah tersebut sejak perang 1998-99.
Gazimestan adalah tempat orang Serbia memperingati Perang Kosovo 1389, saat pasukan Tsar Lazar dari Serbia Kristen Ortodok kalah melawan pasukan Usmaniyah Turki
Ivica Dacic, calon perdana menteri Serbia, mengatakan kejadian tersebut merusak perdamaian dan kestabilan di Kosovo. "Tentara internasional di sana memiliki kewajiban untuk memelihara perdamaian dan keamanan ... Semua pembicaraan masa depan (dengan Kosovo) harus dilandasi atas pemeliharaan keamanan," kata Dacic kepada wartawan di Beograd, Ibu Kota Republik Serbia.