Sabtu 30 Jun 2012 01:45 WIB

PBB: 200 Ribu Orang Tewas karena Narkoba

Rep: Lingga Permesti/ Red: Hafidz Muftisany
Pecandu narkoba (ilustrasi).
Foto: axisresidentialtreatment.com
Pecandu narkoba (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA-- Laporan terbaru Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan sekitar 200 ribu orang tewas per tahun karena narkotika.  Laporan diluncurkan oleh kantor PBB untuk masalah kriminal dan obat-obatan terlarang.

"Heroin, kokain dan obat lain terus membunuh sekitar 200 ribu orang per tahun, menghancurkan keluarga dan membawa kesengsaraan bagi ribuan orang lain, rasa tidak aman dan penyebaran HIV," kata Direktur Yury Fedotov saat ia mempresentasikan laporan dunia 2012 dari Kantor PBB Narkoba dan Kejahatan (UNODC).

Laporan itu juga menyebut, sekitar 230 juta orang atau 5 persen dari populasi dunia pernah menggunakan obat-obatan terlarang. Kini ada sekitar 27 juta orang yang kecanduan dan mengalami masalah soal penggunaan narkoba.

Berdasarkan laporan tahun 2010 PBB, penggunaan global obat-obatan akan menelan biaya hingga 250 miliar dolar AS per tahun jika semua orang ingin memeroleh perawatan yang tepat. Biaya 250 miliar USD itu setara dengan 0,3 hingga 0,4 persen PDB dunia.

Tahun lalu, produksi opium global mencapai 7.000 ton. Meski  menurun seperlima dibanding tahun 2007, kenaikan terjadi di tahun 2010. Sementara itu, wilayah yang ditanami kokain menurun sebesar 33 persen selama 12 tahun terakhir.

Adapun Cannabis (ganja) menjadi obat yang banyak digunakan. Penggunanya mencapai 224 juta di seluruh dunia. Eropa menjadi pasar terbesar ganja, sebagian besar datang dari Maroko dan Afghanistan. Sementara produksi di Eropa juga meningkat. "Sebagian besar negara Eropa dilaporkan membudidayakan ganja, tampaknya menjadi fenomena yang terus meningkat.

Sementara produksi opium berada di Afghanistan yang mencapai 90 persen dari seluruh dunia. Pada tahun 2011 lalu, jumlah produksi opium di Afghanistan meningkat hingga 61 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement