REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA-- Sebuah penelitian baru mengungkapkan, pendemi flu babi pada 2009 diklaim berjumlah 284.500 jiwa. Jumlah tersebut 15 kali lebih banyak dari jumlah yang dilaporkan.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet Infectious Diseases mengatakan, jumlah orang yang meninggalkan akinat virus flu H1N1 bahkan mencapai 579 ribu. Sejauh ini organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), melaporkan korban tewas akibat flu burung berjumlah 18.500 jiwa.
Namun, jumlah tersebut hanyalah kematian orang yang memiliki akses ke sistem kesehatan. Sementara mereka yang tak memiliki akses umumnya tak terdata.
Studi yang dilakukan oleh sebuah kelompok ilmuan internasional menunjukan, efek pendemi ini bervariasi menurut wilayah. Namun data studi mencatat kematian akibat flu babi di Afrika dan Asia Tenggara sebanyak 51 persen.
"Pandemi ini benar-benar mengambil korban yang sangat besar," ujar penulis jurnal Fatimah Dawood dari Sentral Pengendalian Kontrol dan Pencegahan Penyakit.
Ia mengatakan, hasil penelitian menyarankan cara terbaik untuk mengatasi masalah ini dengan mengoptimalkan sumber daya. Jika ke depannya ditemukan vaksin, ia menyarankan untuk tercapainya daerah-daerah di mana jumlah korban tewas tertinggi.
Infeksi pandemi pertama muncul di Meksiko pada 2009. Kemudian menyabar ke lebih dari 214 negara, pendemi ini menyebabkan kepanikan bahkan ketakutan