REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Penumpang bersama kru pesawat Maskapai Tianjin membantu menggagalkan upaya pembajakan pesawat di wilayah barat Xinjiang, seperti dilaporkan media pemerintah Xinhua, Jumat (29/6). Insiden tersebut terjadi di wilayah yang sedang menghadapi gerakan separatis kekerasan.
Upaya pembajakan dilakukan enam anngota etnis minoritas Uighur. Mereka mencoba membajak pesawat 10 menit setelah pesawat tinggal landas dari Hotan.Pesawat tinggal landas sekitar pukul 12.25 siang. Pesawat sedang terbang di atas ibukota kawasan Urumqi ketika para pembajak dilumpuhkan.
Pesawat akhirnya kembali ke Hotan dan enam orang tersebut ditahan. Dua penjaga di dalam pesawat mengalami luka serius karena terlibat perkelahian dengan para pembajak. Seorang pramugari senior dan tujuh penumpang mengalami luka ringan. Saat dihubungi, pemerintah daerah dan kantor polisi Xinjiang tidak mengangkat telepon.
"Hingga saat ini kami belum tahu tujuan pembajakan. Hal itu sedang diselidiki," ujar Juru Bicara Pemerintah Xinjiang Hou Hanmin seperti dilansir AFP.
Xinjiang dihuni sembilan juta Muslim Uighur yang berbicara dengan bahasa Turki. Banyak dari mereka tidak puas dengan kontrol pemerintah Cina terhadap budaya dan agama mereka.
Pada Maret 2008, para pejabat Cina mengatakan telah menggagalkan rencana seorang perempuan etnis Uighur menjatuhkan penerbangan dari Xinjiang. Pemerintah yang waspada akan ketidakstabilan dan ancaman terhadap Partai Komunis seringkali menyalahkan kelompok separatis dan kekerasan ekstremis agama di Xinjiang atas serangan yang menimpa polisi dan target pemerintah lainnya.
Bulan ini, 12 anak-anak terluka saat polisi menggrebek sebuah sekolah Islam di Hotan. Pihak berwenang menuduh ketegangan yang meningkat disebabkan kegiatan keagamaan ilegal. Kelompok Kongres Uighur Dunia (WUC) di pengasingan membantah tuduhan tersebut. Mereka mengatakan, menurut saksi mata, polisi menembakkan gas air mata ke dalam sekolah sehingga mengakibatkan konfrontasi.
Juli tahun lalu, sebanyak 20 demonstran Uighur terbunuh di Hotan saat bentrok dengan polisi. Pada September, pengadilan di Xinjiang memvonis mati empat orang dengan dakwaan kekerasan di dua kota yang menewaskan 32 orang tahun lalu. Tragedi yang terjadi di Kashgar dan Hotan itu disebut-sebut pemerintah dilakukan ekstremis Uighur yang ingin mendirikan negara merdeka yang disebut Turkestan Timur.
Cina khawatir aktivis Uighur mempunyai hubugan dengan militan Islam di perbatasan di Pakistan. Para aktivis di pengasingan dan kelompok HAM mengatakan Cina melebih-lebihkan ancaman dari militan di Xinjiang.