REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM---Aparat keamanan Sudan menggerebek biro AFP di Khartoum dan menangkap seorang wartawan paruh waktu yang mengambil gambar protes anti-pemerintah.
Dua agen dari Badan Keamanan dan Intelijen Nasional (NISS), seorang diantaranya memegang pistol, menangkap Talal Saad, seorang wartawan lokal yang baru saja memulai pekerjaannya sebagai koresponden sementara untuk AFP, sekitar pukul 15.50 GMT (pukul 22.50 WIB).
Mereka menyatakan, wartawan itu akan kembali dalam waktu dua jam.
Penyerbuan itu berlangsung tak lama setelah Saad tiba di kantor AFP dengan membawa gambar yang diambilnya dari protes anti-pemerintah di Omdurman, kota kembaran Khartoum.
NISS menolak mengizinkan koresponden AFP itu menelepon dan mengancam akan menyita setiap komputer di biro itu kecuali jika gambar tersebut dihapus. AFP memenuhi permintaan itu. Saad adalah seorang wartawan Sudan yang bekerja untuk surat kabar lokal Al Tayar.
Agen-agen Keamanan Nasional pekan lalu menahan koresponden AFP Simon Martelli selama lebih dari 12 jam tanpa tuduhan setelah ia berbicara dengan mahasiswa dan mengambil gambar di Universitas Khartoum, dimana protes yang disulut oleh inflasi meletus dua pekan lalu.
Seorang warga Mesir yang bekerja sebagai koresponden Bloomberg, Salma El Wardany, dideportasi oleh Sudan pada Selasa, setelah ditangkap ketika berusaha meliput gerakan protes yang meluas di negara itu.
Jumat, hari ke-14 protes anti-pemerintah, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan ratusan demonstran di luar sebuah masjid partai oposisi, kata seorang saksi.
Pemrotes berkumpul di Lapangan Hijra di Khartoum di samping masid partai oposisi Umma.
Menurut saksi itu, demonstran membawa bendera Sudan dan spanduk yang betuliskan "Rakyat ingin rezim runtuh", sebuah slogan yang digunakan oleh pemrotes selama pemberontakan Musim Semi Arab yang mengarah pada kejatuhan pemerintah di sejumlah negara Arab.
Setelah penembakan gas air mata dan penangkapan sejumlah orang, demonstran membakar ban dan melemparkan batu ke arah polisi sebelum berlarian mencari tempat berlindung, kata saksi itu.
Demonstran merencanakan protes-protes besar pada Jumat dan Sabtu, peringatan tahun ke-23 kudeta yang dilakukan oleh Presiden Omar al-Bashir.