REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu meminta pemerintah Mesir baru untuk tetap komitmen pada perjanjian damai dengan Tel Aviv, menyusul kekhawatiran rezim Zionis atas perubahan di Mesir.
Dalam sebuah surat yang dilayangkan kepada Presiden Mesir Muhammad Mursi beberapa hari lalu, Netanyahu menekankan tekadnya untuk bekerja sama dengan Mesir. Demikian dilaporkan AFP (1/7).
Sebelumnya, media massa Israel memperingatkan munculnya masalah dalam hubungan dengan Mesir menyusul kemenangan calon dari kubu Ikhwanul Muslimin dalam pemilu pertama yang berlangsung secara demokratis di Mesir. Para pejabat Tel Aviv khawatir Mursi akan mengakhiri perjanjian damai dengan Israel.
Mantan menteri pertahanan Israel Benyamin Ben-Eliezer mengatakan bahwa Mesir sekarang dipimpin "oleh seorang pria yang menyimpan permusuhan terhadap Israel."
Mursi dilantik sebagai presiden Mesir pada hari Sabtu (30/6) setelah mengalahkan mantan perdana menteri era Mubarak, Ahmad Shafiq pada putaran kedua pemilihan presiden negara itu.
Dalam pidato perdananya sebagai presiden, Mursi menegaskan kembali bahwa negaranya "akan bersama dengan rakyat Palestina sampai menggapai hak-hak mereka."
Pada tahun 1979, Mesir menjadi negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel dan salah satu persyaratan dalam kesepakatan itu adalah Kairo harus memasok gas ke Israel.
Ekspor gas ke Israel selalu menjadi isu kontroversial di Mesir. Rakyat Mesir menilai Israel sebagai musuh dan menentang segala bentuk kerja sama dengan Tel Aviv.