Senin 02 Jul 2012 11:13 WIB

Mali Desak PBB Bertindak Pascaserangan di Timbuktu

Milisi Mali
Foto: AFP
Milisi Mali

REPUBLIKA.CO.ID, SAINT PETERSBURG -- Mali mendesak PBB mengambil tindakan setelah kelompok garis keras menghancurkan tempat-tempat keramat di Timbuktu yang didaftar badan dunia itu sebagai kota yang terancam punah. "Mali mendesak PBB mengambil langkah-langkah nyata untuk menghentikan kejahatan terhadap warisan budaya bangsa saya ini," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Mali, Fadima Diallo, dalam pernyataan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, kemarin.

Dalam pidatonya pada pertemuan tahunan UNESCO di kota Saint Petersburg, Rusia, ia meminta dunia menunjukkan solidaritas dan mengutuk serangan-serangan Sabtu itu. Pidatonya yang emosional itu diakhiri dengan pernyataan, "Tuhan membantu Mali."

Kelompok muslim garis keras dituding membawa beliung menghancurkan sejumlah makam ulama keramat dalam serangan yang dilakukan hanya beberapa hari setelah kota dagang kuno itu dimasukkan ke dalam Daftar Warisan Dunia Terancam UNESCO. Setelah pidato menteri Mali itu, pertemuan UNESCO dilanjutkan dengan pengheningan cipta untuk berduka-cita atas penghancuran tempat-tempat keramat itu oleh militan Ansar Dine, salah satu kelompok muslim garis keras yang menguasai wilayah utara Mali sejak kudeta di Bamako.

Kelompok garis keras itu menganggap tempat-tempat keramat itu sebagai musyrik dan telah menghancurkan tujuh makam dalam dua hari ini. Pada 26 Mei, Gerakan Pembebasan Nasional Azawad (MNLA), geriyawan suku Tuareg di Mali, dan kelompok militan Ansar Dine setuju bersatu dan membentuk sebuah negara merdeka Islam di wilayah utara negara itu.

"Kesepakatan yang dicapai malam ini menetapkan penyatuan kedua gerakan, MNLA dan Ansar Dine, untuk membentuk sebuah negara merdeka Islam," kata juru bicara MNLA Mohamed Ag Attaher kepada Reuters melalui telepon dari Gao di Mali utara di mana perjanjian itu ditandatangani.

"Kesepakatan itu juga menetapkan penyatuan kedua kekuatan dan pembentukan sebuah badan eksekutif bagi negara Azawad," kata Attaher, menunjuk pada wilayah-wilayah utara Kidal, Gao, dan Timbuktu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement