REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak mentah jatuh pada Senin (Selasa pagi WIB), menyusul lonjakan pra-akhir pekan, tertekan lebih rendah segera setelah data ekonomi Cina melemah dan karena pasar menilai dampak embargo Uni Eropa pada minyak Iran.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Agustus, turun 1,21 dolar AS menjadi ditutup pada 83,75 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun 46 sen menjadi berdiri di 97,34 dolar ASper barel.
Harga minyak AS telah meroket lebih dari 7,00 dolar AS per barel pada Jumat, karena pembeli menangkap perjanjian para pemimpin zona euro tentang langkah-langkah mengatasi krisis sebagai sinyal bahwa permintaan minyak bisa naik. Harga minyak Brent juga melonjak sekitar 6,50 dolar AS per barel.
Penurunan minyak pada Senin tak mengejutkan setelah lonjakan pada Jumat, kata Victor Shum, analis di konsultan energi Purvin and Gertz. "Itu tidak mengherankan setelah kenaikan Jumat lalu," katanya kepada AFP.
"Kemunduran ini juga didukung oleh beberapa data terbaru dari Cina yang menunjukkan indeks pembelian manajer jatuh pada Juni," tambah analis berbasis di Singapura itu.
Data akhir pekan menunjukkan, PMI Cina merosot pada bulan lalu meskipun pemerintah berupaya untuk menahan perlambatan di konsumen energi terbesar di dunia itu.
PMI resmi merosot menjadi 50,2 pada Juni dari 50,4 pada Mei, kelompok industri Federasi Logistik dan Pembelian Cina mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Minggu.
Embargo Uni Eropa terhadap minyak Iran mulai secara penuh pada Ahad, memprovokasi kemarahan di Teheran yang mengatakan tindakan itu akan merugikan pembicaraan dengan kekuatab dunia atas kegiatan nuklir yang sensitif.
Lembaga-lembaga pengamat pasar minyak dan analis mengatakan, embargo ditambah dengan sanksi keuangan AS pada Kamis, memusnahkan ekspor minyak penting Iran, yang menyumbang setengah dari pendapatan pemerintah.
Embargo ini adalah yang terakhir - dan paling menghukum - dari serangkaian sanksi internasional yang dirancang untuk menekan Iran agar menghentikan program nuklirnya.
Sebagian besar Barat mengkhawatirkan bahwa Republik Islam itu berusaha untuk sampai ke titik puncak dapat membuat senjata nuklir, meskipun Teheran berulang kali membantahnya.
"Akhir pekan ini menandai awal embargo resmi Uni Eropa terhadap ekspor minyak mentah Iran, yang tidak hanya akan melihat penghentian penuh untuk pembelian barel minyak Iran oleh pembeli di Uni Eropa, tetapi juga akan membuat perolehan asuransi pengiriman untuk kapal yang membawa pasokan Iran jauh lebih sulit," kelompok riset JBC Enery mengatakan.