Rabu 04 Jul 2012 21:54 WIB

Oposisi Suriah di Kairo Satukan Visi

Bangunan rusak dan hancur akibat diserang militer Suriah
Foto: Reuters
Bangunan rusak dan hancur akibat diserang militer Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Kelompok oposisi Suriah, yang melakukan pertemuan di Kairo, pada Selasa (4/7) berjuang mencapai visi bersama untuk masa peralihan di negara tersebut setelah penetapan cetak biru oleh kekuatan dunia pada akhir pekan lalu.

Mereka tidak sepakat atas sejumlah masalah, termasuk campur tangan tentara asing di Suriah, tempat penanganan keras pemerintah Presiden Bashar al-Assad menewaskan 16.500 orang dalam 16 bulan belakangan, kata peserta.

Dewan Nasional Kurdi Suriah sempat meninggalkan pertemuan akibat tidak sepakat dengan pilihan kata-kata dalam dokumen akhir sebelum kemudian mengikuti pertemuan kembali, menurut laporan televisi negara.

"Ada beberapa ketidaksepakatan, tetapi situasi tersebut ditampung dan akan ada visi umum yang disampaikan kemudian," kata salah seorang peserta, Mays al-Kridi. "Oposisi Suriah ingin memasukkan isu itu dan ingin mencari penyelesaian," katanya.

Sebelumnya Komisi Umum Revolusi Suriah (SRGC) menarik diri dari konferensi akibat perselisihan politik," menurut sebuah pernyataan. SRGC mengatakan bahwa pihaknya menolak untuk "terlibat dalam perselisihan politik, yang mempermainkan nasib rakyat kami dan revolusi kami" atau menerima "agenda-agenda yang menempatkan revolusi diantara konflik-konflik internasional dan rezim kriminal Suriah."

Kelompok itu juga mengkritik negara-negara kekuatan dunia, yang pada Sabtu di Jenewa menyepakati rencana transisi untuk Suriah, dalam kompromi dengan Rusia dan Cina, sekutu-sekutu utama rezim Damaskus.

"Membahas tentang upaya mempersatukan oposisi adalah usaha kosong yang ditujukan untuk menutupi kegagalan pertemuan Jenewa," kata SRGC yang juga menuduh rezim melakukan lebih banyak pembunuhan masal di negara tersebut.

"Prioritas sekarang adalah untuk memperkuat persatuan di antara kelompok-kelompok revolusioner Suriah, terutama tentara pembebasan Suriah di negara itu, dan untuk menjamin dukungan untuk opsi (militer) ini dengan segala macam cara," tambahnya. "Hal ini saja menjamin kemenangan yang diberkati untuk revolusi dan dapat mengubah kondisi domestik dan internasional," katanya.

Tentara Pembebasan Suriah memboikot konferensi dan telah menggambarkan pertemuan Kairo sebagai satu 'konspirasi.' SRGC dibentuk pada Agustus 2011 -- lima bulan setelah awal pemberontakan terhadap pemerintahan Presiden Bashar al-Assad -- oleh 44 kelompok oposisi yang berkomitmen untuk fokus pada penggulingan rezim.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement