Jumat 06 Jul 2012 02:40 WIB

Orang Arab, Rohingya, dan Rakhine (II) Raja Mahataing Sandya

Rep: teguh setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
 Masyarakat muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar berkumpul di kamp penjaga perbatasan Bangladesh di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6).  (Saurabh Das/AP)
Masyarakat muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar berkumpul di kamp penjaga perbatasan Bangladesh di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6). (Saurabh Das/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, Masyarakat campuran itu tinggal selama sekian abad di dua tempat yang dikenal dengan nama Hanifa Tonki dan Kaiyapuri Tonki. Jika pemerintahan militer tidak melakukan demuslimisasi di Arakan, dunia masih akan menemukan tempat ini di Arakan. Mohammed Ashraf Alam, dalam A Short Historical Background of Arakan, masyarakat campuran inilah yang menjadi inti Muslim Rohingya di Arakan saat ini.

RB Smart punya versi lain. Sekitar 788 M, Mahataing Sandya mendirikan sebuah kota baru di atas lokasi kota kuno Ramawadi dan menjadikan dirinya raja. Setelah berkuasa 22 tahun, Mahataing Sandya meninggal dunia.

Selama berkuasa, Mahataing Sandya mendapat beberapa laporan tentang kapal tenggelam terhantam badai di perairan Arakan dan awaknya terdampar di Pulau Rambree. Raja Mahataing Sandya memerintahkan pasukan untuk membawa semua kru dari Pulau Rambree dan memukimkannya di beberapa desa yang lokasinya tidak jauh dari Akyab—kota di Arakan saat ini.

Mengutip sejumlah sumber-sumber kuno, RB Smart memastikan kru kapal itu adalah orang-orang Arab Moor. Mereka bermukim sekian lama dan membentuk komunitas yang mapan. Jejak arkeologis mereka berupa tempat ziarah Babazi Sha Monayem dari Ambari, Pir Badar Sha, atau Badar Al-din Allamah, di dekat Teluk Bengal, masih berdiri sebelum terjadi demuslimisasi.

Dalam Rohingya Outcry and Demands, sejarawan Arakan menulis, setelah bermukim lebih satu generasi, orang-orang Arab nyaris menguasai seluruh Arakan dan melakukan pe net rasi ke beberapa bagian Burma. Tindakan ini membuka jalan bagi masuknya penyebar agama Islam mendedikasikan hidup mereka melayani penduduk asli.

Penyebar Islam tidak hanya orang Arab, tapi juga Turki, penduduk Asia Tengah, Bengal, Moor, dan Pathan. Khusus Bengal, mereka tidak sekadar datang sebagai penyebar agama, tapi juga pedagang. Ada pula yang ber profesi sebagai tentara.

Merekalah yang memainkan peran penting dalam perkembangan ma syarakat Muslim di Arakan. Ajar an Islam yang menekankan kesamaan hak dan menolak sistem kasta men jadi daya tarik bagi penduduk Arakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement