REPUBLIKA.CO.ID, Masyrakat Internasional mendesak Iran untuk menghentikan program nuklirnya, termasuk di dalamnya pengayaan uranium. Meski terus menerus didesak, negeri Mullah tersebut menegaskan tidak akan menghentikan pengayaan uraniumnya.
"Kenyataannya adalah bahwa Republik Islam Iran tidak memiliki masalah dalam menegosiasi untuk menghentikan pengayaan uranium, dengan ketentuan bahwa P5+1 - AS, Inggris, Perancis, Cina, dan Rusia, ditambah Jerman - memenuhi kebutuhan Iran yaitu 20-persen uranium," kata Mohammad Hassan Asferi, Sabtu (7/7).
ICANA melaporkan, anggota parlemen Majlis Keamanan Nasional dan Komite Kebijakan Luar Negeri Iran ini menekankan bahwa Iran tidak akan pernah menerima suspensi permanen.
"Barat harus menetapkan jangka waktu tertentu untuk penangguhan pengayaan. Misalnya, mereka harus memberitahu Iran untuk menangguhkan pengayaan 20-persen selama dua tahun, dan selama dua tahun Barat harus memenuhi kebutuhan uranium Iran. Namun, suspensi permanen pengayaan ini tidak berarti diterima," tambahnya lagi.
Asferi menyatakan bahwa bahkan penerimaan penghentian sementara pengayaan 20-persen uranium akan tergantung pada pengakhiran sanksi terhadap Iran dan mengembalikan dokumen nuklir Iran dari Dewan Keamanan PBB ke Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
AS dan Uni Eropa menuduh Iran mengejar tujuan militer dalam program energi nuklirnya dan telah memberlakukan sanksi internasional dan sepihak terhadap Teheran dengan dalih yang tanpa bukti itu.
Sanksi Uni Eropa mulai diberlakukan terhadap keuangan Iran dan sektor minyak pada 1 Juli, untuk mencegah semua negara anggota serikat dari pembelian minyak Iran, dan melakukan bisnis dengan bank sentral Iran.
Teheran membantah tuduhan Barat, mengatakan pemeriksaan telah dilakukan berulang kali oleh IAEA, akan tetapi IAEA tidak pernah menemukan penyelewengan dalam program energi nuklirnya.