Rabu 11 Jul 2012 00:14 WIB

Rusia Siap Jadi Tuan Rumah Pembahasan Konflik Suriah

Rep: Devi A Oktovika/ Red: Dewi Mardiani
Ban Ki Moon
Ban Ki Moon

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengatakan siap menjadi tuan rumah pertemuan baru kekuatan dunia untuk mengakhiri konflik di Suriah. Ia bahkan mengusulkan untuk memperluas pembicaraan dan mengundang negara lain, termasuk Iran.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Michael Bogdanov, mengatakan Moskow telah membuat proposal pada pertemuan internasional di Jenewa, 30 juni lalu. "Dari pihak kami, saya hanya bisa mengonfirmasi bahwa kami akan menyambut penyelenggaraan sesi umum 'Kelompok Aksi' di Moskow. Dalam hal apapun, kami melihat relevansi dalam menyelenggarakan even semacam itu," katanya seperti dikutip kantor berita Interfax dan dilansir Reuters, Selasa (10/7).

Dalam pembicaraan di Jenewa, kekuatan internasional sepakat mengenai pentingnya membentuk pemerintah transisi di Suriah. Para menteri luar negeri dari lima negara anggota tetap DK PBB hadir bersama Turki, Kuwait, Qatar, serta Sekjen PBB Ban Ki-moon, Ketua Liga Arab Nabil Elaraby, dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton.

Rusia mengingatkan posisi Rusia bahwa setiap pertemuan serupa di masa mendatang harus mencakup negara lain yang memiliki pengruh atas situasi Suriah, yakni Iran dan Arab Saudi. "Moskow menyesalkan bahwa karena posisi sejumlah mitra kami, Iran dan Arab Saudi tidak hadir di Jenewa," kata Bogdanov.

Pernyataan itu berkaitan dengan sikap Washington dan sekutunya yang berusaha mengisolasi Iran untuk mengekang kegiatan nuklirnya. Mereka dengan tegas menentang kemungkinan Teheran untuk hadir dalam pertemuan tersebut.

Sementara itu, perwakilan oposisi yang ada di Moskow untuk menghadiri pembicaraan mengatakan, mereka akan mengambil bagian dalam pembicaraan dengan pemerintah Suriah hanya jika ada perubahan dalam kepemimpinan Suriah. Prasyarat tersebut ditolak oleh Rusia dan tidak diatur dalam rencana perdamaian yang ditetapkan utusan PBB Kofi Annan.

Selain itu, Moskow pada Senin (9/7) kemarin juga mengatakan Rusia berencana menghentikan pengiriman senjata ke Suriah, yang sekaligus menunjukkan pergeseran sikap negara tersebut terhadap Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement