REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO---Kepala Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir (SCAF) Hussein Tantawi Ahad mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, yang sedang dalam kunjungan dua hari ke Mesir.
Pertemuan itu membicarakan tentang perkembangan terbaru di Mesir dan seluruh wilayah serta cara-cara untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Hillary menegaskan bahwa Amerika Serikat menyoroti hubungan bilateral dengan Mesir, yang berfungsi sebagai sekutu strategis Amerika Serikat di kawasan tersebut.
Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa anggota SCAF dan Duta Besar AS untuk Mesir Anne Patterson.
Hillary juga bertemu dengan beberapa tokoh Kristen Mesir di kedutaan besar Amerika Serikat di Kairo.
Selama upacara untuk meresmikan konsulat AS di kota pantai utara Mesir Alexandria, Hillary membantah bahwa Amerika Serikat mendukung pihak tertentu atau golongan tertentu dengan mengorbankan orang lain, dan menegaskan bahwa hal itu berkaitan dengan kepemimpinan yang dipilih oleh rakyat.
Dia menegaskan dukungan negaranya adalah untuk demokrasi yang sebenarnya, dan menambahkan bahwa "demokrasi tidak ada dalam konstitusi namun dalam hati dan pikiran orang-orang."
Pejabat AS itu menegaskan bahwa demokrasi sejati berarti hak untuk hidup dan bekerja, dan kebebasan bagi pria dan wanita dalam satu masyarakat, dan mencatat bahwa bukan berarti memaksakan ideologi atau pikiran tertentu dari satu orang atau pihak atas yang lain.
Pada Sabtu sore, Hillary mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir baru Mohamed Moursi untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Mereka dikabarkan membahas proses transisi Mesir dan cara-cara untuk meningkatkan hubungan bilateral, di samping isu-isu regional seperti krisis Suriah dan proses perdamaian Palestina-Israel.
Hillary tiba di ibu kota Mesir Kairo pada Sabtu untuk kunjungan dua hari.
Sejauh ini, dia adalah pejabat AS paling senior yang mengunjungi Mesir setelah Moursi menjadi presiden pada 30 Juni.