Senin 16 Jul 2012 19:32 WIB

Rusia Tuding Barat Lakukan Pemerasan Terhadap Suriah

 Mantan Sekjen PBB Kofi Annan (tengah) tengah berbincang dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kiri) dan Sekjen PBB Ban Ki-  Moon pada pertemuan di Jenewa, Swiss, yang membahas terkait masa depan perdamaian di Suriah.
Foto: AFP
Mantan Sekjen PBB Kofi Annan (tengah) tengah berbincang dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kiri) dan Sekjen PBB Ban Ki- Moon pada pertemuan di Jenewa, Swiss, yang membahas terkait masa depan perdamaian di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rusia, Senin, menyatakan akan menghalangi tindakan di Dewan Keamanan PBB untuk memperpanjang misi pemantau PBB di Suriah, kalau negara Barat tak berhenti melakukan pemerasan dengan ancaman sanksi terhadap Damaskus.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan sikap tegas sebelum pembicaraan di Moskow dengan utusan PBB Kofi Annan, dan menepis tekanan internasional atas Rusia serta Cina agar berhenti mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Komentarnya tampaknya akan memudarkan harapan diplomat Barat bahwa Moskow sedang berusaha menemukan cara yang menyelamatkan muka untuk mencabut dukungannya bagi Bashar dan bersedia tidak memiliki peran di dalam peralihan di Suriah.

"Sangat kami sesalkan, kami melihat anasir pemerasan," kata Lavrov pada suatu taklimat sebelum Annan memulai kunjungan dua-hari yang akan mencakup pembicaraan pada Selasa dengan Presiden Vladimir Putin. "Ini adalah pendekatan yang kontra-produktif dan berbahaya."

Ia menyatakan Rusia takkan mendukung satu resolusi mengenai misi pemantauan, yang kini sedang dibahas oleh Dewan Keamanan PBB. Rusia menilai resolusi itu berisi ancaman untuk menjatuhkan sanksi jika Suriah tak mematuhi rencana Annan. Rancangan Rusia tak meliputi ancaman semacam itu.

Lavrov mengatakan setiap kesepakatan harus mengikuti prinsip yang dijabarkan dalam pembicaraan antara Annan dan anggota Dewan Keamanan pemegang hak veto di Jenewa pada 30 Juni, demikian laporan Reuters --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin malam. Rusia menyatakan prinsip Jenewa tak secara khusus menyisihkan Bashar.

"Jika mitra kami memutuskan untuk menghalangi resolusi kami, tak peduli apa pun itu, maka misi PBB takkan memiliki mandat dan nantinya harus meninggalkan Suriah. Itu patut disayangkan," kata Lavrov, yang negaranya adalah salah satu pemasok utama senjata ke Suriah.

Lavrov kembali menyatakan kebijakan Rusia tak berkisar pada satu orang, tapi juga mengatakan Moskow takkan menyetujui peralihan politik yang dipaksakan atas Suriah tanpa dukungan rakyt Suriah. Seruan agar Bashar al-Assad menyingkir tidak realistis, katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement