REPUBLIKA.CO.ID,Setelah pasti menjadi presiden pilihan rakyat, barulah Mursi mengeluarkan pernyataan ofensif. Jumat , 29 Juli, sehari sebelum pelantikannya di MK, Mursi mendatangi massa di Tahrir Square. Di sana, dia dilantik secara simbolis sebagai presiden. “Tidak ada institusi yang boleh berada di atas rakyat,” tandas Mursi, mengkritik SCAF.
Pernyataan itu dipertajam dalam pidatonya di Universitas Kairo, sehari berikutnya. Pa da acara yang juga dihadiri Ketua SCAF, Marsekal Hussein Tantawi, itu, Mursi mengingatkan militer agar menghormati keinginan rakyat, serta mengisyaratkan militer agar kembali ke barak. "Militer harus kembali ke peran dasarnya, mempertahankan bangsa dan perbatasan," kata Presiden Mursi.
Tapi, yang paling menyengat dari pidato di Universitas Kairo, adalah janji Mursi untuk memulihkan parlemen yang telah dibubarkan oleh SCAF. Dan, janji itu dibuktikannya sepekan kemudian. Ahad, 8 Juli, Mursi mengeluarkan dekrit pemulihan parlemen. “Mursi kepada tentara: Skakmat”, demikian headline di harian Al-Watan. Media lainnya menulis Mursi mengalahkan militer.
Serangan balik Mursi itu, membuat SCAF dan MK kebakaran jenggot. Mereka buru-buru menggelar rapat darurat, serta menyampaikan pernyataan bahwa dekrit presiden tersebut inkonstitusional. Tapi, Selasa, 10 Juli, parlemen yang sudah dibubarkan kembali bersidang. Sehingga, secara faktual, kini ada dua pihak yang memegang kekuasan legislatif, yaitu parlemen dan SCAF. “Konfrontasi pertama ini”, tulis harian Al Akhbar, “menjadi akhir bulan madu singkat [Mursi] dengan SCAF yang dipimpin Marsekal Hussein Tantawi.”