REPUBLIKA.CO.ID, PAZARBHANGA -- Musim hujan tahunan di India telah merenggut 109 jiwa sejak hujan mulai turun pada Juni dan membuat sedikitnya 400 ribu orang lagi kehilangan tempat tinggal di negara Bagian Assam, India timur-laut.
Peristiwa itu adalah tragedi yang dikatakan banyak ahli diperparah oleh korupsi dan penanganan buruk Sungai Brahmaputra.
Seorang anggota senior Komisi Hak Asasi Manusia Assam, satu badan pemerintah, lembaga itu menduga jutaan dolar AS yang ditujukan bagi pengendalian banjir telah dialihkan oleh para pejabat departemen pengarian di negara bagian tersebut. Komisi itu telah menuntut penyelidikan tingkat-tinggi oleh pemerintah.
Perdana Menteri Manmohan Singh, yang mewakili Assam di Majelis Tinggi Parlemen, menyatakan banjir tersebut yang palih parah belakangan ini dan menjanjikan ganti-rugi 1.800 dolar AS untuk masing-masing keluarga korban. Namun banyak pengeritik menyatakan kebanyakan uang tersebut akan menguap.
"Korupsi merajalela sebelum dan setelah banjir," kata Arup Misra, pegiat kenamaan lingkungan hidup di negara bagian itu dan pengajar di Assam Engineering College, sebagaimana dikutip Reuters.
"Sebagian pejabat dengan tidak sabar menunggu datangnya banjir, sebab mereka dapat memperoleh uang dalam kegiatan perbaikan tanggul dan bantuan."
Selama 60 tahun, pemerintah demi pemerintah telah membangun tanggul di sebagian besar panjang Sungai Brahmaputra, sungai utama di Assam yang dipengaruhi oleh salju yang mencair di Himalaya dan curah hujan paling parah di dunia.
Banyak ahli mengatakan pembuatan tanggul tersebut dilakukan di bawah standar dan bentuk penanganan banjir yang buruk.
Assam terkenal sebagai wilayah penghasil teh dan kaya akan minyak serta kayu. Negara bagian itu juga lokasi Taman Nasional Kaziranga, yang menjadi habitat dua-pertiga Badak Bercula Satu dengan tubuh besar di dunia.