Selasa 17 Jul 2012 21:47 WIB

Krisis Bikin Waktu Makan dan Tidur Siang Warga Spanyol Hilang

Krisis Eropa (ilustrasi)
Krisis Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID - Negeri itu memiliki tradisi makan dan tidur siang cukup panjang, tapi pengangguran dan pajak yang meningkat serta pengetatan anggaran belanja keluarga di seluruh Spanyol tampaknya akan mengakhiri semua 'kemewahan' itu.

Waktu istirahat dua-sampai-tiga jam saat tengah hari, dengan tradisi tidur siang selama saat paling panas, dulu menjadi cara universal para pekerja Spanyol untuk menaklukkan udara panas siang hari.

Tapi kini itu jadi barang mewah buat pegawai yang menghadapi masalah keuangan dan bekerja lebih lama serta harus hidup dengan uang lebih sedikit saat kemerosotan ekonomi terparah di negeri tersebut sejak 1930-an.

Banyak orang Spanyol masih mulai bekerja sekitar pukul 09.00 dan baru meninggalkan tempat kerja mereka setelah pukul 20.00 waktu setempat, sebagian untuk memungkinkan mereka memiliki waktu makan siang yang panjang.

Sementara itu restoran siap melayani mereka dengan menu tiga tahap menu harga pas mulai pukul 14.00 sampai pukul 17.00 waktu setempat. Namun restoran dipaksa memikirkan kembali harga dan format mereka, sebab para pekerja memilih roti isi, atau membawa makan siang dari rumah.

"Orang menabung sedikit setiap bulan dan itu benar-benar bagus buat anggaran keluarga, sebab sekarang negeri tersebut berada dalam krisis," kata Margarita Pallas, sebagaimana dikutip Reuters.

Ia bekerja di satu toko kecil di Calle Mallorca, Barcelona. 'Siesta', tidur sebentar pada siang hari untuk mengatasi sengatan udara panas, praktis telah sirna. Tapi banyak pekerja kantor masih meluangkan waktu untuk makan besar bersama dalam kelompok dan menganggap kudapan saat makan siang kurang sehat dan antisosial.

Satu menu khusus dengan harga 12,24 dolar AS di ibu kota Spanyol meliputi dua jenis makanan utama, bir dan satu gelas atau satu teko anggur, makanan pencuci mulut dan kopi --nilai bagus dibandingkan dengan makan siang di banyak ibu kota lain Eropa.

Menu makanan itu pernah jadi format paling terkenal sejak makan siang secara tradisional menjadi makan paling besar sepanjang hari, yang dilengkapi dengan sarapan ringan, kudapan menjelang siang, teh setelah siang dan makanan ringan pada tengah malam.

Namun restoran mempertahankan pelanggan mereka di negara tempat satu dari empat tenaga kerja menganggur. Mereka yang bekerja dipaksa mengetatkan ikat pinggang agar anggota keluarga mereka bisa pergi kerja, menghadapi kenaikan pajak dan ketidak-pastian ekonomi yang terus menggelayut.

"Krisis telah menerjang warga dengan sangat keras sehingga rakyat tak miliki pilihan apa pun selain mengatasi rasa malu untuk membawa makanan ke tempat kerja. Dan saat orang telah kehilangan rasa malu, keadaan itu memudahkan bagi orang lain," kata Rogelio Barahona, seorang kepala juru masak dan pemilik restoran Urkiola Mendi di Madrid.

Barahona mengatakan banyak restoran seperti restorannya yang menyediakan menu makan siang buat pekerja kantor telah kehilangan 50 persen penjualan selama krisis saat ini. Banyak pemilik restoran dipaksa mengganti masakan rumahan di tempat kerja dengan makanan beli dari dapur lebih besar guna menghemat biaya.

"Saya membayar pajak, pemasok saya, sewa dan untuk membayar staf saya belum menerima gaji selama satu tahun terakhir," kata Barahona.

Empat tahun setelah kemerosotan ekonomi di Spanyol, sementara negara tersebut kini menghadapi resesi keduanya, banyak restoran menawarkan pilihan lebih murah seperti makanan tunggal atau menu potongan harga dengan menggunakan bahan lebih murah untuk menarik kembali pelanggan mereka.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement