REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Dinas kesehatan Siprus melaporkan tiga kasus serius serangan udara panas pada Selasa (17/7), saat temperatur mencapai rekor 44 derajat Celsius di pulau bagian timur Laut Tengah itu.
Seorang perempuan yang berusia 51 tahun berada dalam kondisi koma dan dua orang yang berusia lanjut juga dirawat di rumah sakit dan berada dalam kondisi kritis.
Temperatur sampai melewati 40 derajat Celsius tidak umum di Siprus, terutama pada Juli dan Agustus, sehingga temperatur 44 derajat benar-benar langka.
Gelombang panas saat ini diperkirakan bakal berlangsung selama beberapa hari lagi, sebelum udara lebih dingin datang.
Temperatur tinggi mendorong permintaan pasokan listrik sampai ke batas kemampuan produksi pembangkit listrik milik negara, Cyprus Electricity Authority (CEA), demikian laporan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu. Pembangkit listrik tersebut belum lagi pulih 100 persen akibat bencana ledakan pada Juli tahun lalu.
Juru bicara CEA, Selasa, mengatakan pembangkit listrik itu harus mendorong peralatan cadangan untuk menghasilkan produksi guna memenuhi permintaan yang tinggi.
Sebanyak 13 orang tewas dalam ledakan 500 ton amunisi dan peledak militer Iran pada Juli lalu, sehingga merusak pembangkit listrik terbesar dan terbaru di pulau tersebut.
Bahan peledak itu disita pada 2009 dari satu kapal tujuan Suriah sesuai dengan embargo Dewan Keamanan PBB atas Iran dan selanjutnya disimpan di pangkalan Angkatan Laut di sebelah pembangkit listrik tersebut.
CEA menyatakan telah mengembalikan operasi percobaan salah satu dari lima unit produksi tenaga listrik di instalasi itu. CEA harus terutama mengandalkan unit pembangkit listrik bergerak yang disewa untuk memenuhi kebutuhan warga.