REPUBLIKA.CO.ID, Langkah Amerika Serikat (AS) yang ingin perang dengan Iran, terkait program nuklirnya, tidak mendapat persetujuan dari warganya. Paling tidak, ketidaksetujuan itu terlihat dari tiga papan reklame yang bertuliskan 'No War on Iran.'
Adalah sekelompok aktivis negeri Paman Sam tersebut yang memasang tiga papan reklame anti-perang. Ketiga papan reklame tersebut dapat dilihat di kota Oklahoma.
Mereka menyebut dirinya sebagai 'Americans Against the Next War (AANW)'. Selain memasang papan reklame anti-perang, mereka juga mengumumkan lokasi konferensi pers pada 10 Juli di Capitol, Oklahoma City. Mereka juga memperkenalkan koalisi gereja, organisasi dan individu lain yang mendukung proyek anti-perang tersebut.
Direktur Dewan Perdamaian untuk Oklahoma City, Nathaniel Batchelder mengatakan billboard tersebut menunjukkan bahwa suara untuk perdamaian dan negosiasi menjadi penting untuk proses penyelesaian masalah dengan Iran.
"Perang dengan Iran akan menaikkan harga minyak dunia, menyulitkan pemulihan ekonomi kita yang rapuh, serta menjerumuskan AS ke dalam utang lebih lanjut," kata Batchelder menegaskan.
"Saya menentang perang. Saya melihat pria dan wanita sekarat, anak-anak kehilangan lengan, kaki, dan mata, dan saya menentang perang lain," ungkap aktivis hak asasi manusia (HAM) kota Oklahoma, Lemon Bob.
Sementara, Pendeta Bruce Prescott, Direktur Eksekutif Mainstream Oklahoma Baptists mengkritik penguasa yang menutup mata atas senjata nuklir di Israel dan hanya berfokus pada Iran, yang tidak memiliki senjata nuklir.
"Terus terang, saya menentang persenjataan nuklir di gudang setiap bangsa. Selama dunia menutup mata untuk senjata nuklir di Pakistan dan Israel, maka itu adalah munafik dan kemudian gelisah dengan kemungkinan bahwa Iran mungkin mendapatkan nuklir. Kita harus bekerja demi perlucutan senjata nuklir semua bangsa," tutur Prescott.
AANW juga mengatakan suara-suara masyarakat yang menyerukan perang adalah keliru, mendesak Kongres dan publik Amerika untuk hati-hati melihat kembali motivasi dan argumen di balik panggilan tindakan militer.