Sabtu 21 Jul 2012 07:25 WIB

Selesaikan Sendiri Krisis Suriah, Rusia Kecam Keras AS

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Hu Jintao
Foto: AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Hu Jintao

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW---Setiap upaya untuk menyelesaikan krisis Suriah dengan melangkahi PBB dipandang tidak efisien dan akan merusak wewenang PBB, kata Sekretaris Pers Presiden Rusia Dmitry Peskov.

Presiden Rusia,Vladimir Putin mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Rusia guna membahas masalah Suriah setelah Rusia, Kamis, memveto rancangan resolusi yang diusulkan Barat mengenai Suriah ke Dewan Keamanan PBB. "Dewan Keamanan Rusia menegaskan sama sekali tak layak dan tak bisa diterima untuk mengaitkan peningkatan ketegangan di Suriah dengan posisi Federasi Rusia," kata Pestov kepada wartawan setelah pertemuan tersebut.

Ia menyoroti sikap Putin bahwa setiap upaya untuk melangkahi Dewan Keamanan PBB akan tak efisien dan hanya merusak wewenang PBB.

Pertemuan Dewan Keamanan Rusia juga dihadiri oleh Perdana Menteri Dmitry Medvedev, ketua majelis di Parlemen, dan pejabat senior lain.

Rusia dan Cina, dua anggota tetap pemegang hak veto di Dewan Keamanan PBB, Kamis, memveto rancangan resolusi yang diusulkan Barat --yang mengancam sanksi nonmiliter dengan mengutip Bab VII, Piagam PBB, jika pemerintah Suriah gagal menarik senjata berat dan tentara dari daerah permukiman.

Kedua negara tersebut menjelaskan setelah veto itu bahwa resolusi tersebut bias dan sangat bermasalah, dan bertolak-belakang dengan konsensus yang dicapai oleh anggota Kelompok Aksi dalam pertemuan di Jenewa pada akhir Juni.

Setelah pemungutan suara tersebut, Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB lembaga itu "benar-benar gagal" dalam menangani krisis Suriah.

"Kami akan meningkatkan upaya kami dengan sejumlah mitra yang berbeda di luar Dewan Keamanan guna menekan rejim (Presiden Suriah Bashar) al-Assad dan mengirim bantuan kepada mereka yang memerlukan," kata Susan Rice.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich, Jumat, menepis komentar Rice, dan menyebutnya tanda yang mengkhawatirkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement