Sabtu 21 Jul 2012 17:41 WIB

Taliban Hukum Cambuk Dua Pelaku Penculikan Anak

Pejuang Taliban, Afghanistan
Pejuang Taliban, Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kelompok Taliban mencambuk dua laki-laki di depan publik, Sabtu, demikian kata saksi mata dan para pejabat.

Pencambukan itu terjadi hanya beberapa minggu setelah munculnya video yang menunjukkan seorang perempuan yang dianggap berzinah sedang dieksekusi mati di depan kerumunan laki-laki yang bersorak-sorai.

Pada Sabtu, kedua laki-laki itu masing-masing menerima 40 cambukan terbuat dari kulit di depan lebih dari seratus orang yang berkumpul di desa Shash Qala, Kabupaten Charkh, Propinsi Logar, yaitu sekitar 70 kilometer selatan ibu kota Kabul.

Keduanya ditangkap oleh para gerilyawan Taliban ketika sedang berupaya menculik anak laki-laki seorang warga kaya raya tiga hari sebelumnya, kata seorang penduduk desa bernama Bashir.

"Pagi ini, Taliban melalui pengeras suara mengundang orang-orang untuk berkumpul dan menyaksikan kedua laki-laki itu dihukum cambuk karena mencoba menculik seorang anak laki-laki berumur 10 tahun," kata Bashir.

"Mereka masing-masing dicambuk 40 kali oleh dua orang Taliban bersenjata dengan wajah tertutup."

Kepala Kabupaten Charkh Farooq Humayun mengatakan pemerintah setempat mengetahui adanya peristiwa itu dan saat ini investigasi tengah dilakukan.

Seorang komandan Taliban di wilayah itu, yang namanya tidak mau disebutkan, mengatakan kepada AFP bahwa mereka menjalankan hukuman tersebut untuk menegakkan hukum syariah di Afghanistan.

Penghukuman dan eksekusi mati di depan publik merupakan hal yang biasa saat rejim Taliban berkuasa pada tahun 1996 hingga 2001, tahun saat mereka terjungkal oleh invasi Amerika Serikat dan melancarkan perlawanan terhadap pemerintahan yang didukung Barat.

Sebelumnya pada bulan ini, video mengerikan muncul, yaitu menunjukkan seorang perempuan berumur 22 tahun tengah menghadapi eksekusi mati di depan kerumunan orang.

Perempuan tersebut ditembak dari arah belakang di Provinsi Parwan, yang berlokasi di utara Kabul, diduga oleh Taliban. Eksekusi itu mengundang kecaman keras dari berbagai belahan dunia.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai pekan ini mengakui bahwa pemerintahannya tidak mampu memberikan keadilan kepada rakyatnya kendati masyarakat internasional telah sekian lama berupaya membangun kembali bangsa yang terkoyak oleh peperangan itu.

"Alasan rakyat Afghanistan di desa-desa dan di kampung-kampung, (bahkan) di perkotaan, masih mencari keadilan melalui metode tradisional adalah karena pemerintah tidak mampu memberikan keadilan atau keadilan itu tidak diberikan tepat waktu," katanya.

Karena praktek korupsi di pengadilan-pengadilan, banyak warga Afghanistan yang memilih sistem tradisional --seringkali melalui dewan-dewan masyarakat setempat-- dalam mencari penyelesaian berbagai sengketa.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement