Ahad 22 Jul 2012 06:22 WIB

Iran Kecam Sikap Diam Barat terhadap Muslim Rohingya

 Pria muslim Rohingya menangis ketika dipaksa untuk naik kapal untuk dikembalikan ke Myanmar dekat pos penjaga perbatasan di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6).  (Saurabh Das/AP)
Pria muslim Rohingya menangis ketika dipaksa untuk naik kapal untuk dikembalikan ke Myanmar dekat pos penjaga perbatasan di Taknaf,Bangladesh,Jumat (22/6). (Saurabh Das/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei mengecam sikap pasif Barat atas kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar.

Merujuk pada eksploitasi manusia oleh peradaban Barat yang didasarkan pada materialisme, serta minus moralitas dan spiritualitas, Rahbar berkata, "Sebuah contoh yang jelas dari klaim palsu Barat tentang etika dan hak asasi manusia adalah sikap pasif lembaga hak asasi manusia internasional terhadap pembantaian ribuan Muslim di Myanmar. "

"Selama beberapa abad terakhir peradaban Barat tidak menghasilkan apa-apa selain korupsi dan eksploitasi terhadap sesama manusia," tegasnya.

Statemen ini dikemukakan Ayatullah Khamenei saat berpidato di hadapan sekelompok sarjana  dan pengajar al-Quran di permulaan bulan suci Ramadhan.

Ia menegaskan bahwa martabat, kesejahteraan, kemajuan, etika dan kemenangan atas musuh hanya akan dicapai melalui penerapan ajaran al-Quran.

Laporan terbaru mengungkapkan Muslim Myanmar mengalami penderitaan tragis. Lebih dari 650 orang dari hampir satu juta Muslim Rohingya tewas pada tanggal 28 Juni dalam bentrokan di wilayah barat Rakhine. Sementara 1.200 lainnya hilang dan 90 jiwa terlantar.

PBB menyebut Muslim Rohingya sebagai Palestina di Asia Tenggara, dan satu dari minoritas yang paling teraniaya di dunia.

Mereka dirampas hak-hak dasarnya termasuk pendidikan dan pekerjaan. Tidak hanya itu, pemerintah Myanmar menolak mengakui Rohingya, dan mengklaim mereka bukan warga pribumi dan mengklasifikasikannya sebagai migran ilegal, meskipun mereka telah tinggal di negara itu selama beberapa generasi.

sumber : IRIB
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement