REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Saling tuding meningkat antara Sudan dengan Sudan Selatan mengenai siapa yang melanggar kesepakatan gencatan senjata. Hal ini terjadi saat Uni Afrika sedang berusaha membawa kedua pihak itu ke meja perundingan, yang berlangsung di Ethiopia.
Delegasi Sudan Selatan ke perundingan Addis Ababa, Jumat (20/7), mengumumkan pembekuan perundingan langsung dengan Sudan di Kota Bahar Dar, Ethiopia, akibat apa yang dikatakannya pemboman oleh militer Sudan terhadap daerah di dalam Sudan Selatan. Namun Sudan membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh Sudan Selatan mendukung kelompok pemberontak Darfur, Sudan Barat.
Juru Bicara delegasi Sudan Selatan, Atif Kiir mengatakan, "Perundingan dihentikan dalam protes terhadap terhadap pemboman oleh militer Sudan terhadap daerah di Negara Bagian Bahral-Ghazal Utara," katanya.
Sudan membantah tuduhan pemerintah Sudan Selatan bahwa militer Khartoum telah membom daerah di dalam Sudan Selatan. "Tuduhan ini sama sekali tidak benar. Kami tak melakukan pemboman apa pun di daerah selatan perbatasan internasional," kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), As Sawarmy Khalid Saad, Sabtu (21/7), kepada Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad (22/7).
"Tuduhan ini memiliki dimensi politik. Sudan Selatan mungkin ingin menghentikan perundingan yang berlangsung saat ini di Ethiopia," ia menambahkan. Ia menyatakan militer Sudan siap bekerja sama dengan komite pemantau yang dibentuk oleh Uni Afrika (AU) guna mengabsahkan tuduhan semacam itu, dan mengatakan, "Ada komite pemantau dan penerima keluhan dan kami siap bekerjasama dengan mereka."