REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani RUU yang meratifikasi masuknya Rusia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Kesepakatan ini tercapai setelah hampir dua dekade dilakukannya negosiasi, untuk membuat Rusia bergabung dengan WTO.
Kantor berita Kremlin mengumumkan keputusan tersebut pada Sabtu (21/7) lalu. Laporan mengatakan, ini merupakan hasil lebih dari 18 tahun perundingan intensif.
Keanggotaan Cina yang ikut bergabung dengan WTO pada 2001 lalu, meninggalkan Rusia sebagai satu-satunya perekonomian besar diluar organisasi. Namun para kritikus memperingatkan, perekonomian kelas menengah tak akan mampu bersaing terhadap impor yang dibuat lebih murah. Melalui penurunan tarif bea cukai.
Pemotongan tarif merupakan syarat utama untuk keanggotaan Rusia dalam WTO. Pemotongan tarif sedianya akan mencapai 6,0 persen dari tingkat rata-rata saat ini 9,5 persen dalam tiga tahun.
Akan tetapi, para pakar memprediksi bahwa keanggotaan Rusia akan meningkatkan eksposur atas kompetisi. Serta akan meningkatkan PDB sebanyak 11 persen dalam jangka panjang.
Rusia merupakan negara terbesar kesembilan dalam ekonomi dunia. Serta negara ke 156 yang bergabung dalam WTO. Rusia berharap, langkahnya bergabung dengan WTO dapat membantu mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak dan gas.