REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Gerilyawan Taliban mengeksekusi lima warga sipil Afghanistan karena bekerja sama dengan pasukan NATO, kata pihak berwenang, Minggu.
Berita mengenai eksekusi di daerah Jalrez, Wardak, sekitar 40 kilometer sebelah selatan Kabul itu tersiar sehari setelah gerilyawan mencambuk dua pria di depan umum dan hanya beberapa pekan setelah hukuman mati terhadap seorang wanita karena perzinahan.
Di Jalrez, gerilyawan menangkap enam orang Afghanistan yang pulang dari tempat kerja mereka di sebuah pangkalan NATO. Mayat lima orang dari mereka ditemukan Minggu, semuanya dipasangi peledak, kata kantor gubernur provinsi Wardak dalam sebuah pernyataan.
Seorang saksi mengatakan kepada AFP, tangan para korban diikat ke belakang.
Orang keenam berhasil melarikan diri dari penculik, kata pernyataan itu, yang menuduh Taliban sebagai pelaku serangan tersebut.
Sabtu, gerilyawan Taliban mencambuk dua pria 40 kali di depan umum di sebuah desa sebelah selatan Kabul setelah menuduh mereka berusaha menculik seorang anak laki-laki belia untuk menuntut uang tebusan.
Eksekusi dan hukuman di depan umum biasa dilakukan oleh Taliban ketika mereka berkuasa di Afghanistan dari 1996 hingga 2001.
Sementara itu, tiga prajurit NATO tewas dalam serangan-serangan terpisah di Afghanistan timur pada akhir pekan, kata Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.
Dengan kematian mereka, jumlah korban tewas koalisi sepanjang tahun ini mencapai 250, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs berita icasualties.org.
Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.