REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sejumlah serangan bom kembali mengguncang Irak. Ledakan bom itu menewaskan 18 orang dan mencederai hampir 100 pada Ahad (22/7).
Serangan paling mematikan terjadi di Mahmudiyah, 30 kilometer sebelah selatan Baghdad, sedikitnya 10 orang tewas dan 30 cedera dalam dua ledakan bom mobil, kata beberapa pejabat medis.
Serangan juga dilakukan di kota-kota Madain, Ramadi, Mosul dan Najaf.
Di Madain, daerah sebelah tenggara Baghdad, bom-bom pinggir jalan menewaskan enam orang dan melukai 13 lain, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri dan satu sumber medis.
Di kota Mosul, Irak utara, ledakan bom mobil di dekat kantor polisi menewaskan satu polisi dan mencederai 15 orang, kata Letnan Polisi Mohammed Khalaf dan Dokter Mahmud Haddad di rumah sakit kota itu.
Di Ramadi, ibu kota provinsi berpenduduk Sunni Arab, Anbar, di Irak barat, sembilan orang cedera, termasuk lima polisi, dalam serangan-serangan bom mobil, kata sejumlah pejabat keamanan dan medis.
Ledakan bom mobil juga terjadi di kota Syiah Najaf, Irak tengah, mencederai 23 orang, empat diantaranya dalam keadaan serius, kata juru bicara kesehatan di provinsi itu, Salim Naama.
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak.
Sepanjang Juni Irak dilanda gelombang serangan yang menewaskan sedikitnya 282 orang, menurut hitungan AFP, sementara data pemerintah menyebutkan jumlah kematian pada bulan itu hanya 131 orang.
Kekerasan di Irak turun dari puncaknya pada 2006 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus terjadi. Menurut data pemerintah, 132 orang Irak tewas pada Mei.
Irak dilanda kekerasan yang menewaskan ratusan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.