REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Energi Afrika Selatan Dipuo Peters menekankan tekad negaranya untuk melanjutkan impor minyak mentah dari Iran, meskipun sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Teheran tetap berlangsung.
Peters menekankan bahwa gangguan impor minyak dari Republik Islam Iran akan menimbulkan kerugian yang sangat mahal bagi Afrika Selatan. "Selain itu akan menciptakan banyak kesulitan bagi negara kami, karena salah satu kilang utama kami beroperasi dengan minyak mentah Iran," ungkapnya, Selasa (24/7).
Pejabat itu lebih lanjut mencatat bahwa keputusan tertentu oleh AS dan Eropa menyebabkan kesulitan untuk Afrika Selatan. "Dan sanksi terhadap Republik Islam Iran benar-benar bukan keputusan kita, tetapi kita pada akhirnya menderita kerugian akibat tindakan tersebut," katanya menegaskan.
Pada 23 Januari di bawah tekanan dari Amerika Serikat, menteri luar negeri Uni Eropa menyetujui sanksi terhadap minyak Iran dan sektor keuangan, melarang impor minyak Iran dan produk minyak mentah oleh negara-negara anggota blok, dan menghentikan transaksi dengan bank sentral Iran.
AS pada malam tahun baru menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran. Sanksi AS meminta negara-negara lain untuk menahan diri dari impor minyak Iran, atau menerima konsekuensi hukuman dari Washington.
Sementara itu, Deputi Menteri Minyak Iran, Abdolhossein Bayat mengumumkan pada Sabtu (21/7) bahwa Iran ekspor petrokimia ke negara-negara Eropa terus berlangsung karena produk petrokimia Iran dapat diekspor meskipun ada sanksi.
Angka-angka terbaru yang dirilis NPC menunjukkan bahwa ekspor petrokimia Iran telah naik 10 dan 29 persen sejak awal tahun kalender Iran saat ini (mulai 20 Maret 2012) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Iran mengekspor 18,2 juta ton petrokimia dan produk polimer bernilai sekitar USD 14,2 miliar untuk lebih dari 60 negara, tahun lalu.