Rabu 25 Jul 2012 05:22 WIB

Dipicu Cina, Harga Minyak Naik

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak dunia sedikit berbalik naik pada Selasa (Rabu pagi WIB) didorong oleh data positif manufaktur China.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman September, naik 36 sen menjadi 88,50 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September bertambah 16 sen menjadi 103,42 dolar AS per barel di London.

Harga minyak merosot lebih dari 3,50 dolar AS pada Senin, karena ketegangan utang zona euro, berpusat pada Spanyol, berarti melemahnya permintaan untuk komoditas.

Namun, pasar berayun ke wilayah positif pada Selasa setelah data ekonomi positif dari China, negara konsumen energi terbesar di dunia. "Harga minyak pulih sedikit," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch. "Mereka mendapat dukungan dari PMI awal untuk sektor manufaktur di China."

Raksasa perbankan HSBC mengatakan, Indeks Pembelian Manajer (PMI)-nya untuk China -- yang mengukur aktivitas manufaktur -- mencapai puncak lima bulan di 49,5 bulan ini, juga naik dari 48,2 yang tercatat pada Juni.

HSBC mengatakan, langkah pemerintah untuk mendorong pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua dunia itu, termasuk penurunan suku bunga, sedang bekerja.

Data PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi dan sementara data tetap negatif, peningkatan pada bulan ini memberikan beberapa harapan bahwa sektor manufaktur China sedang menuju ke arah yang benar.

"Krisis utang zona euro tanpa akhir dan tingkat pertumbuhan yang melambat di China terus menyita pikiran pelaku pasar," kata analis VTB Capital Andrey Kryuchenkov.

"Jadi, mengingat ketidakpastian yang sedang berlangsung, banyak melihat peluang yang tepat untuk mengambil keuntungan kemarin. Perdagangan minyak mentah diperkirakan tetap rapuh pekan ini, dengan kekhawatiran (ekonomi) dimentahkan oleh ketegangan di Timur Tengah," tambahnya.

Pasar minyak mencapai tertinggi dua bulan pekan lalu karena para pedagang khawatir bahwa meningkatnya ketegangan di kawasan kaya minyak mentah Timur Tengah -- khususnya di Iran dan Suriah -- akan menghambat pasokan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement