REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Pemimpin Oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, untuk pertama kalinya berpidato di depan parlemen negara itu. Dalam kesempatan itu, Suu Kyi menyerukan hukum untuk melindungi hak-hak etnis minoritas, termasuk Muslim Rohingya yang dalam beberapa bulan terakhir terus mendapat intimidasi.
"Untuk menjadi negara serikat yang benar-benar demokratis dengan semangat kebersamaan, hak yang setara dan saling menghormati, saya mendorong semua anggota parlemen untuk membahas berlakunya undang-undang yang diperlukan untuk melindungi persamaan hak etnis," katanya.
Perang saudara telah menjangkiti bagian-bagian negara yang sebelumnya dikenal sebagai Burma setelah memenangkan kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
Bentrokan-bentrokan terakhir terjadi di negara bagian Rakhine barat antara etnis Buddha Rakhine dan Muslim Rohingya yang telah menewaskan puluhan orang dan puluhan ribu kehilangan tempat tinggal.
Pemerintah Myanmar menganggap Rohingya sebagai orang asing, sementara banyak warga melihat mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh.