REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Dunia internasional, khususnya Barat, tidak pernah bersikap adil terhadap umat Islam. Buktinya tak ada satu pun pemimpin negara barat yang mengecam aksi genosida terhadap muslim Rohingnya di Myanmar. "Ini menimbulkan ironi. Kenapa dunia internasional diam saja?," kata Wakil Sekretaris Jendral Partai Amanat Nasional (PAN), Teguh Juwarno.
Teguh menyatakan negara-negara Barat memiliki standar ganda dalam melihat persoalan HAM. Dia misalnya mencontohkan bagaimana kerasnya kecaman Barat (negara Eropa dan Amerika Serikat) ketika pejuang Demokrasi Myanmar, Aung San Su Kyi ditahan. Namun ketika di negara yang sama terjadi pemberangusan nyawa umat Islam dunia Barat diam saja.
Contoh lainnya adalah peristiwa penembakan yang dilakukan James Holmes saat gala priemier film Batman The Dark Night di Colorado, Amerika Serikat. Kendati penembakan itu menewaskan belasan orang dan tidak memiliki motif yang jelas, Barat hanya menganggap James sebagai orang sakit jiwa.
Teguh menyatakan, seadainya James adalah seorang Muslim, Barat pasti akan langsung menudingnya sebagai seorang teroris. "Umat Islam selalu disudutkan," ujarnya.
Sebagai negara pemimpin Asean dan umat Islam terbesar di dunia, Pemerintah Indonesia harus menyatakan protes atas pembantaian umat Islam di Rohingnya. Sikap itu menjadi penting karena pembantaian muslim Rohingnya bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. "Konstitusi kita mendukung perdamaian dunia," kata Teguh.
Teguh mengatakan, secara politis posisi Indonesia lebih kuat ketimbang Myanmar. Buktinya Myanmar selalu menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang dicontoh Myanmar dalam menjalankan proses demokratisasi. Berkaca dari kondisi ini Presiden semestinya menyatakan sikap protes atas pembantaian muslim Rohingnya. "Pemerintah harus mengirim nota diplomatik protes keras ke Myanmar," tegas Teguh.