REPUBLIKA.CO.ID, -- Pihak Gedung Putih pada Senin mengharapkan calon presiden dari partai Republik, Mitt Romney mengklarifikasi pernyataannya yang mendukung Yerusalem sebagai ibukota Israel. Dimana pernyataan itu berseberangan dengan kebijakan AS yang tidak pernah mengakui pendudukan Israel pada aneksasi 1967.
Dengan alasan itu pula Amerika dan banyak negara tetap mempertahankan kedutaannya di Tel Aviv.
"Salah satu tantangan menjadi seorang aktor di panggung Internasional, terutama ketika anda sedang bepergian ke suatu bagian sensitifi di dunia, adalah bahwa komentar anda akan sangat erat untuk diteliti akan makna, suasana dan motivasi," juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest.
Earnest mengatakan, komentar Romney itu membuat orang di Gedung Putih "Menggaruk-garuk kepala".
"Tapi saya akan menyerahkan pada Gubernur Romney untuk menjelaskan apa maksudnya dan tujuannya ketika mengatakan itu," jelas Earnest.
Earnest mengatakan posisi Romney yang mengatakan Yerusalem bagian timur merupakan ibukota negara masa depan Israel, bertentangan dengan kebijakan AS yang sudah berjalan lama.
"Jika Mr.Romney tidak setuju dengan posisi itu, berarti dia juga tidak setuju dengan keputusan yang diambil Presiden Bill Clinton dan Ronald Reagan," tandasnya.