REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dua dari 23 imigran gelap yang pekan lalu kabur dari hotel tempat mereka ditampung menyerahkan diri. Pada Selasa (31/7) siang, kedua imigran asal Myanmar yang merupakan etnis muslim Rohingya ini berada di kantor Imigrasi kota Bogor.
Rofik (17 tahun), salah satu dari dua imigran Rohingya, bersama kawannya Ibrahim (16 tahun) tertinggal dari rombongan imigran lainnya. Para imigran Rohingya itu berupaya kabur guna mencari suaka ke Australia.
“Jika di Myanmar, kita tidak diakui sebagai warga negara. Akibatnya, kita sulit hidup,” cerita Rofik dalam bahasa Melayu kepada Republika.
Meskipun Myanmar adalah kampung halamannya, Rofik mengaku tak akan pernah mau kembali. Ia dan Ibrahim mengaku sangat takut.
Saat Republika memperlihatkan berita mengenai mereka di sebuah media massa, Rofik terlihat getir. Di sana terpampang wajah presiden Myanmar yang menjadi headline.
“Suu Kyi, Suu Kyi,” tunjuk Ibrahim sambil mengeluarkan beberapa kalimat. Saat ditanya mengenai arti dari kalimat yang Ibrahim lontarkan, Rofik tidak menjawab.
Dengan muka lesu, Rofik mengembalikan koran tersebut. Dia terdiam sesaat. “Aung San Suu Kyi pun diam untuk kami. Kami tak pernah dianggap menjadi seorang Myanmar,” ujarnya penuh kegetiran.