Rabu 01 Aug 2012 00:45 WIB

Presiden Mursi Surati Presiden Israel

 Presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi menyampaikan pidato politiknya di depan puluhan ribu pendukungnya yang berkumpul di Tahrir Square, Kairo.   (Reuters)
Presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi menyampaikan pidato politiknya di depan puluhan ribu pendukungnya yang berkumpul di Tahrir Square, Kairo. (Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM - Kantor pemimpin Israel pada Selasa (31/7) menyatakan kalau Presiden baru Mesir, Mohammed Mursi, telah menulis surat kepada Presiden Israel Shimon Peres. Dalam suratnya itu Mursi berjanji untuk membantu menghidupkan kembali perundingan perdamaian Israel-Palestina.

"Saya berharap ke depan untuk mengerahkan upaya terbaik kami untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Timur Tengah ke jalur yang benar dalam rangka mencapai keamanan dan stabilitas bagi semua bangsa di kawasan itu, termasuk rakyat Israel," kata Mursi dalam suratnya seperti dikutip AFP dari pernyataan kantor pemimpin Israel.

Peres sempat mengirim surat kepada Mursi berisi ucapan selamat atas terpilihnya bulan lalu sebagai kandidat dari gerakan Ikhwanul Muslimin.

Dalam pesan itu ia menyatakan harapan "untuk melanjutkan kerja sama dengan Anda, berdasarkan kesepakatan damai yang ditandatangani antara kita lebih dari tiga dekade yang lalu, dan yang kami berkomitmen untuk melestarikan serta mengembangkan demi kehidupan generasi masa depan dari kedua rakyat."

Peres juga mengirimkan surat kedua kepada Mursi berupa ucapan memasuki awal bulan suci umat Islam Ramadhan pada akhir pekan lalu, kata kantor pemimpin Israel.

"Dengan ucapan terima kasih yang mendalam bahwa saya menerima ucapan selamat Anda atas dimulainya memasuki bulan suci Ramadhan," kata pernyataan yang diklaim dikutip dari surat balasan Mursi.

Negara Yahudi itu mengamati dengan waspada pada saat Ikhwanul Muslimin mendapatkan peningkatan kekuasaan pada pasca-pemberontakan Mesir. Mereka sempat khawatir tentang masa depan perdamaian kedua negara. Namun kunci perdamaian antara kedua negara tetangga itu diyakini masih terpelihara sejak penandatanganan perjanjian 1979.

sumber : Antara, AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement