REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak naik pada Rabu (Kamis pagi WIB), didorong penurunan lebih tajam dari perkiraan persediaan minyak mentah AS yang memicu harapan untuk permintaan lebih kuat di negara konsumen minyak terbesar di dunia.
Keputusan Federal Reserve AS untuk mempertahankan kebijakan moneter tidak berubah, yang diumumkan pada sore hari setelah pertemuan dua hari, secara luas diperkirakan tetapi mengecewakan beberapa investor yang berharap untuk stimulus ekonomi tambahan.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman September, bertambah 85 sen menjadi ditutup pada 88,91 dolar AS per barel.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman September naik 1,04 dolar AS menjadi 105,96 dolar AS per barel.
Untuk analis Rich Ilczyszyn pada iiTrader, pasar New York telah "sangat tenang sepanjang hari -- tidak ada yang menunggu untuk sesuatu yang dramatis dari Fed".
Pedagang tersebut mengatakan, pasar sedang gelisah menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) Kamis. ECB telah mendapat tekanan kuat untuk mengambil tindakan guna mengatasi krisis utang negara zona euro dan penurunan ekonomi.
Pidato presiden ECB Mario Draghi dalam sebuah konferensi pers pasca pertemuan "akan menjadi pernyataan besar minggu ini," kata Ilczyszyn.
Fokus pedagang, Rabu, pada laporan energi mingguan Departemen Energi AS (DoE), yang menyampaikan sebuah tanda positif di bidang permintaan.
DoE mengatakan bahwa stok minyak mentah AS turun 6,5 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 Juli, bukannya jatuh jauh lebih kecil 800 ribu barel seperti yang diperkirakan para analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires.