REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Hujan deras yang disertai angin topan menghantam Taiwan. Topan Saola, yang menewaskan 23 orang di Filipina awal pekan ini, tak dapat terhindar di kepulauan Taipei.
Media setempat mengatakan, akibat banjir sedikitnya tujuh orang sudah dikatakan tewas. Banjir di daerah dataran rendah tak dapat terhindar di kepulauan berpenduduk 23 juta orang tersebut, setinggi 150 senti meter, dengan kecepatan angin mencapai 15 kilometer per jam. Namun, Topan Saola dengan kecepatan berkisar 118 sampai 154 kilometer memperparah wilayah tersebut.
Otoritas di Taiwan memerintahkan agar gedung perkantoran dan sentra bisnis di ibu kota untuk tidak beroperasi, terutama di wilayah bagian utara, termasuk di Taipe. Terlihat dalam tayangan stasiun televisi TVBS yang dilansir CBSNews dan VoA America, jalanan protokol di ibu kota, yang kerap ramai dan sibuk saat pagi namun ak terlihat saat Kamis (2/8) pagi.
Tayangan tersebut juga menampilkan, ribuan hektar lahan pertanian mengalami kegagalan panen akibat banjir. Longsor dikawasan pegunungan juga dikabarkan terjadi. Puluhan penerbangan internasional dibatalkan dari dan menuju Taipei dan dikatakan ditutup sementara, setelah serbuan angin kencang sempat menghancurkan 2 jetways.
Moda transportasi lain juga tidak dapat memberikan pelayanan. ''kerugian infrastruktur pertanian mencapai empat juta dolar AS','' kata pejabat Dewan Pertanian.Pejabat Kementerian Pertahanan mengatakan, telah mengerahkan 48 ribu tentara untuk membantu mengurangi dampak badai, pengiriman banyak untuk membantu kesulitan petani berusaha menyelamatkan hasil pertanian yang dapaty teselamatkan.
Topan juga menyebabkan terjadi di Filipina.Kepala Badan Tanggap Bencana Filipina (NDRRMC), Benito Ramos mengatakan sedikitnya 23 orang tewas di Filipina dan memaksa 180 ribu orang meninggalkan rumah mereka di ibukota, Manila, dan di 27 provinsi tengah dan utara. Sebanyak 125 orang diselamatkan dari kapal laut setelah topan menghantam.