REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Tingkat kejahatan yang meningkat memicu perempuan Arab Saudi menuntut hak membawa senjata dan mendapatkan pelatihan membela diri. "Saya meminta para pejabat untuk mendirikan pusat pelatihan yang mengajarkan kaum perempuan menembak di liburan musim panas atau akhir pekan," tuntut Nora Al-Asmari, mahasiswi seperti dikutip alarabiya.net, Jumat (3/8).
Seorang guru, Yusuf al-Baheesh, menilai tidak masalah jika kaum perempuan diajarkan keterampilan menembak untuk alasan membela diri. "Pada zaman Rasulullah, kaum perempuan juga ambil bagian dalam perang, baik sebagai tentara dan perawat," papar dia.
Pensiunan perwira militer, Mohammed Zafer berpendapat, pusat pelatihan menembak sewajarnya tidak khusus hanya untuk laki-laki, karena perempuan juga harus belajar seni bela diri. "Saat ini, generasi muda tidak tahu apa-apa soal seni menembak. Padahal keterampilan ini dianjurkan dalam Islam," kata Zafer.
Fatima al-Qasim, 80 tahun, mengatakan ia telah belajar menggunakan senjata sejak 60 tahun lalu . Ia belajar keterampilan dari ayahnya. Berkat didikan ayahnya, ia mampu merakit dan membongkar senjata. "Dalam profesi saya, keterampilan menembak sangat diperlukan," kata dia.
Ali al-Shamri, psikolog dan anggota Komite Perlindungan Sosial di Jeddah, menilai penting untuk mendirikan pusat pelatihan yang mengajarkan perempuan bagaimana menggunakan senjata. "Pelatihan ini akan menciptakan rasa percaya diri pada kalangan perempuan," katanya.
Namun, kata dia, pelatihan itu sebaiknya difokuskan pada penggunaan senjata sebagai tindakan membela diri. Mereka harus diajarkan untuk tidak melanggar hak orang lain. Dengan demikian, tidak ada penyalahgunaan senjata.
Askar al-Askar, peneliti urusan Islam dan kontra-terorisme mengatakan Islam tidak melarang perempuan berlatih bela diri. Jadi, tidak ada masalah memberikan keterampilan bela diri kepada perempuan. "Selama tidak melanggar ajaran Islam, saya pikir tidak ada masalah," paparnya.