REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu etnis Rohingya, yang belakangan ini dirasakan makin krusial, diharapkan tidak berdampak buruk hubungan umat beragama di Indonesia, khususnya antara Buddha dan Islam karena dalam catatan sejarah sudah berjalan baik. Penegasan ini diungkapkan Menteri Agama Suryadharma Ali, Sabtu malam (4/8).
''Kejadian yang menimpa umat Islam etnis Rohingya di Myanmar telah banyak makan korban, tapi hendaknya hal itu tidak membangkitkan kebencian antara umat Buddha dan Islam,'' kata Suryadharma Ali yang disampaikan di luar teks pidatonya saat acara penandatanganan prasasti peningkatan status vihara Ekayana menjadi vihara Ekayana Arama Indonesia Buddhist Center di Jakarta.
Hadir pada acara itu Dirjen Bimas Buddha Drs A Joko Wuryanto Msi, pimpinan Wihara Ekayana Buddhist Center YA Maha Sthawira Aryamaitri dan sejumlah tokoh agama Buddha.
Menag mengatakan, harus dipisahkan kejadian di negara lain, Myanmar. Jangan sampai nanti isu krusial itu membawa dampak buruk bagi umat. Sebab, dalam sejarah hubungan umat Buddha dan Islam berjalan baik. "Saya harapkan kejadian di Myanmar yang menimpa etnis Rohingya tidak merembet ke Indonesia," katanya yang disambut tepuk tangan hadirin.
Umat beragama harus mengedepankan kedamaian. Merugi sekali umat Islam dan Buddha jika persoalan Rohingya dibawa ke Tanah Air yang berujung munculnya ketidakharmonisan antar umat beragama. "Saya berharap kejadian itu tidak berdampak ke Tanah Air. Umat Buddha dan Islam harus bergandengan tangan," katanya lagi.