Ahad 05 Aug 2012 10:45 WIB

Hizbut Tahrir Indonesia Desak SBY Selamatkan Rohingya

 Foto refleksi saat massa melakukan aksi damai menyerukan penghentian penindasan etnis minoritas Rohingya di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (26/7). (Tahta Aidilla/Republika)
Foto refleksi saat massa melakukan aksi damai menyerukan penghentian penindasan etnis minoritas Rohingya di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (26/7). (Tahta Aidilla/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan orang dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada Ahad berunjuk rasa mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turun tangan untuk menyelamatkan Muslim Rohingya di Rakhine (Arakan), Myanmar.

Massa HTI yang berasal dari sejumlah wilayah di Jabodetabek itu, berkumpul di Monas dan berjalan kaki ke Istana Merdeka.

Dari pantauan ANTARA, demonstran memegang spanduk yang berisi agar Presiden SBY turun tangan dan tak hanya diam mengatasi pembantaian umat muslim yang terjadi di negara itu.

"Kami akan melakukan orasi di depan Istana. Kami mendesak agar pemerintah tidak hanya diam tetapi turun tangan mengatasi persoalan yang menimpa saudara kita di Myanmar," ujar seorang pengunjuk rasa, Taufik Hidayat.

Menurut dia, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia mempunyai kewajiban membantu muslim Rohingya yang menderita.

Menjelang Ramadhan, etnis Rohingya di Myanmar mengalami tindak kekerasan oleh tentara Myanmar. Menurut laporan terakhir, hampir 650 dari hampir satu juta Muslim Rohingya tewas selama bentrokan yang terjadi di wilayah barat Rakhine, Myanmar.

Sementara 1.200 lainnya hilang dan 90.000 lebih telantar. Pemerintah Myanmar tidak mengakui Muslim Rohingya dan menyebut mereka sebagai imigran ilegal meski mereka telah tinggal di negara itu selama beberapa generasi.

Badan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) melaporkan pasukan keamanan Myanmar berada di balik upaya penghapusan etnis Rohingya sehingga konflik yang terjadi di Myanmar telah memakan korban dalam jumlah besar dari etnis Rohingya dan sekitar 80.000 orang mengungsi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement