REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Direktur Lembaga Analisis Militer dan Politik Rusia Alexander Khramchikhin, mengatakan, militer Amerika Serikat (AS) akan dipaksa keluar dari Timur Tengah. Pasalnya, ekonomi negara Paman SAM itu sedang morat-marit.
Pernyataan itu ditegaskan Khramchikhin dalam wawancara dengan radio Rusia "Voice of Rusia" pada Sabtu (4/8).
Ia menyatakan AS dipaksa untuk mengurangi militernya di wilayah Timur Tengah. Ahli Rusia itu menambahkan, AS tak bisa mempertahankan kehadiran militernya di wilayah tersebut.
Khramchikhin menambahkan AS tak memiliki anggaran untuk melanjutkan kehadiran militernya di Timur Tengah, karena anggarannya mengalami defisit yang sangat besar. Defisit anggaran AS mencapai 1.200 miliar dolar AS pada tahun fiskal berjalan.
Mengenai keputusan AS untuk meninggalkan Timur Tengah, ia menyatakan satu tanda ialah pengurangan ketergantungan AS pada minyak Timur Tengah dan dalam 10 tahun belakangan tingkat impor minyak dari daerah itu telah berkurang tajam serta bagiannya dari 25 persen telah mencapai 15 persen.
Suriah
Mengenai kemungkinan campur tangan militer asing di Suriah, ahli Rusia tersebut mengatakan mengingat dukungan luas rakyat Suriah bagi pemerintah dan kemampuan militernya, tampaknya itu tak mungkin.
Kramchikhin juga mengatakan mengingat masalah militer dan ekonomi AS, negara Paman Sam tersebut tak ingin terlibat dalam operasi militer di Suriah.