REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Pasukan Israel menembak ke seberang garis gencatan senjata dengan Suriah, di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, dan melukai seorang pria, yang dicurigai berencana mengutak-atik pagar perbatasan, Sabtu (4/8).
Golan, yang direbut Israel dari Suriah dalam perang 1967 dan kemudian mencaploknya, sebagian besar tak tersentuh pemberontakan menggoyang Damaskus selama 17 bulan. Tetapi Israel telah menjaganya untuk menghadapi permusuhan atau arus pengungsi di dataran tinggi yang strategis itu.
Tentara di Golan selatan melihat seorang pria mendekati pagar dengan kawat pemotong dan ia tidak mengindahkan peringatan untuk kembali, lalu mengeluarkan tembakan udara sebagai peringatan, kata Letnan Kolonel Avital Leibovich, juru bicara militer Israel.
Ia ditembak di lutut dan dibawa pergi oleh tiga orang lainnya, kata Leibovich. "Kami menyebutnya sebagai upaya infiltrasi... pelanggaran dari perbatasan yang tidak bisa kami biarkan," katanya kepada wartawan.
Dia juga menjelaskan ada beberapa insiden seperti itu lainnya di Golan baru-baru ini. Ditanya apakah pria yang ditembak Sabtu itu mungkin berusaha mencari suaka di wilayah yang dikuasai Israel, Leibovich meremehkan dugaan itu.
"Seseorang yang datang dengan pemotong kawat, saya percaya, dia bersalah," katanya, dan menambahkan bahwa adalah mungkin orang itu menguji pertahanan Israel.
Komandan militer Israel, Letnan Jenderal Benny Gantz, mengatakan pada Januari persiapan sedang dilakukan di Golan untuk menghadapi banjir pengungsi dari sekte minoritas Alawit Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang harus digulingkan.
Pada Mei tahun lalu, pasukan Israel menembaki para demonstran dari Suriah, di antaranya pengungsi Palestina, yang berusaha menyeberangi di seluruh pagar benteng perbatasan.
Setidaknya 23 orang tewas dalam insiden tersebut, yang Israel tuduhkan pada Bashar yang mendalangi dalam upaya untuk mengalihkan pengawasan internasional dari tindakan keras mereka kepada pemberontakan Suriah.