Rabu 08 Aug 2012 20:21 WIB

Lagi, Tiga Tentara NATO Tewas di Afghanistan

Truk Nato dibakar  di Afghanistan
Foto: Parwiz/Reuters
Truk Nato dibakar di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, ASAD ABAD, AFGHANISTAN - Serangan ganda jibaku menewaskan tiga tentara persekutuan pertahanan Atlantik utara (NATO) di Afghanistan timur pada Rabu, kata pejabat Afghanistan dan Barat.

Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF) NATO pimpinan Amerika Serikat menyatakan tiga tentaranya tewas dalam "serangan pemberontak" di timur, tapi tidak merinci, sejalan dengan kebijakannya.

Perwira tentara Barat kepada kantor berita Prancis AFP, dengan syarat tak dikenali, menyatakan tiga tentara tewas dalam serangan jibaku di Asad Abad, ibu kota Propinsi Kunar. Kebangsaan tentara itu tidak diungkapkan, tapi pasukan Amerika

Serikat adalah yang terbesar dari tugas NATO di Kunar, titik api Taliban dan pejuang lain garis keras di perbatasan Pakistan tersebut. Kepala polisi setempat, Mohammad Aywaz Naziri, kepada AFP menyatakan dua gerilyawan mengenakan rompi jibaku meledakkan diri saat kelompok tentara asing itu berjalan ke gubernuran di dekatnya.

"Pada pagi ini, dua pembom jibaku menyasar tentara Amerika Serikat, yang berjalan dari markas mereka ke gubernuran," kata Naziri. Seorang Afghanistan juga tewas dalam ledakan itu, tambahnya.

Belum ada yang mengaku bertanggung jawab, tapi serangan serupa pada masa lalu didaku Taliban, yang memimpin perlawanan satu dasawarsa terhadap pemerintah Kabul dan pasukan NATO.

Pejuang itu berkuasa pada 1996, tapi digulingkan pada akhir 2001 oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat sesudah serangan 11 September terhadap Amerika Serikat oleh jaringan Al Qaida berpusat di Afghanistan.

Sejak digulingkan, sisa Taliban berjuang mendapatkan kembali kekuasaan dan mengusir 130.000 tentara NATO pimpinan Amerika Serikat, yang dikerahkan di negara terkotak perang itu.

Sebagian besar pasukan tempur asing dijadwalkan mundur pada akhir 2014 sebagai bagian dari rencana menyerahkan tanggung jawab keamanan negara kepada pemerintah Afghanistan.

Juni mencatat angka paling tinggi serangan dalam hampir dua tahun, dengan lebih dari 100 serangan sehari di seluruh negeri itu, termasuk tembak-menembak dan pemboman jalanan, kata sekutu tersebut.

Perang itu sangat tidak disukai rakyat Barat pengirim pasukan ke Afghanistan. Jajak pendapat di Inggris, Prancis dan Jerman menunjukkan kian banyak warganya menuntut tentara mereka segera ditarik.

Dukungan bagi perang di Afghanistan turun tajam di kalangan warga Amerika Serikat dalam beberapa bulan belakangan saat mereka semakin kecewa dengan kemelut sejak lebih dari satu dasawrase lalu itu, kata jajak pendapat New York Times/CBS News, yang disiarkan pada akhir Maret.

Duapertiga dari yang ditanya -69 persen- menyatakan Amerika Serikat seharusnya tidak lagi berperang di Afghanistan, naik dari 53 persen pada November dan persentase tertinggi sejak jajak pendapat New York Times/CBS News mengajukan pertanyaan itu pada 2009, kata CBS.

Enam puluh delapan persen petanggap menyatakan pertempuran itu "agak buruk" atau "sangat buruk", sementara 42 persen menyuarakan pandangan tersebut pada November 2011, kata 'New York Times'.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement