REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT— Militer Suriah memberi gempuran kian sengit kepada pemberontak demi mengambil alih sejumlah kawasan di Aleppo, kota terbesar kedua sekaligus pusat komersial di negara itu. Namun setelah bentrok keras, tentara Suriah masih gagal mengubah situasi di sana.
Sementara, Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi, menyatakan mayoritas warga Iran yang disandera oleh pemberontak pada akhir pekan lalu ibu kota, Damaskus, ialah pensiunan Pasukan Garda Revolusi dan pegawai kementrian. Ali Akbar juga membantah mereka memasuki Suriah dengan misi militer.
Sebelum dilaporkan 48 warga Iran diculik pemberontak Suriah. Tiga di antaranya dilaporkan tewas akibat serangan jet tempur militer. Bombardir yang dilakukan rezim menghancurkan bangunan di mana ketiga sandera itu berada dan menimpa korban.
Penculikan pada akhir pekan lalu memercikkan krisis diplomatik kawasan. Iran berkeras membantan tudingan pemberontak bahwa 48 sandera melakukan kegiatan mata-mata militer atas permintaan rezim Damaskus. Alih-alih, Salehi menyebut mereka peziarah.
Teheran telah mengontak negara-negara Suni Arab yang mendukung pemberontak Suriah, termasuk Turki dan Qatar. Iran meminta tolong untuk menegosiasikan pelepasan para sandera yang ditangkap Sabtu (4/8).
Belum ada kabar terbaru mengenai nasib warga Iran, hingga Rabu (8/8) ini. Awal pekan, brigade pemberontak yang menangkap mereka di Damaskus mengancam untuk membunuh mereka. Sikap bermusuhan pemberontak dengan Iran tak lepas dari sikap Teheran yang selama ini mendukung rezim Bashar.