REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- AS telah menuduh Bank Standard Chartered memalsukan laporan keuangan dan terus membantu Iran dalam transaksi keuangan meski AS telah menerapkan sanksi. Merespon tuduhan itu, Chief Executive Officer Standard, Peter Sands, membantah tuduhan pengawas kebijakan New York.
Insitusinya, ia tegaskan, tak melakukan pelanggaran hukum terkait pencucian uang. Ia malah menantang keakuratan laporan badan tersebut.
Nilai Saham Standard Chartered anjlok sekitar 15 persen dalam perdagangan di Londok pekan ini setelah, pengawas keuangan New York, Benjamin Lawsky, mengancam mencabut izin operasi bank itu di AS.
Ancaman itu terkait proses pencucian uang sebesar 250 miliar dolar, dalam kesepakatan dengan bank-bank Iran yang menjadi subyek sanksi ekonomi AS.
"Kami menolak posisi dan penggambaran oleh Departemen Layanan Keuangan (HIG).
ujar Sand dalam telekonferens bersama insan media, Rabu (8/8). Itu menjadi pernyataan publik pertama sejak temuan dipublikasikan pada 6 Agustus lalu.
"Bank, selama periode yang disebutkan selalu mencoba sejalan dengan sanksi-sanksi AS."
Sang CEO berusia 50 tahun itu menyatakan meski ia meyakini tak ada yang salah dengan budaya banknya, investigasi yang dilakukan pemerintah AS, 'sudah sangat merusak' perusahaan terkemuka Inggris tersebut. Ia juga menambahkan tak ada satupun transaksi yang dkaji bank terkait dengan organisasi teroris manapun.