Jumat 10 Aug 2012 02:02 WIB

Obama Serukan Pengakhiran Aksi Kekerasan

Presiden Barack Obama usai berpidato terkait penembakan di Colorado, AS.
Foto: Alan Diaz/AP
Presiden Barack Obama usai berpidato terkait penembakan di Colorado, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, DENVER -- Presiden Barack Obama, di sela-sela kampanyenya di Colorado, Rabu (8/8) waktu setempat, menyeru pengakhiran aksi kekerasan di seluruh penjuru Amerika Serikat (AS). Dia mengimbau rakyat AS fokus mencari cara guna menghentikan hal itu.

Sekalipun Obama tidak menyeru pengendalian kepemilikan senjata, ia mengatakan bahwa upaya bersama diperlukan untuk itu. Penegasannya itu disampaikan dengan merujuk pada penembakan di gedung bioskop di Colorado dan di kuil Sikh di Wisconsin beberapa pekan lalu, serta penembakan mantan anggota kongres Gabrielle Giffords pada tahun lalu dan aksi serupa di Arizona.

"Kita harus menghentikan aksi kekerasan tidak masuk akal ini, baik di Aurora atau di Oak Creek, atau di kota-kota di seluruh penjuru Amerika setelah terlalu banyak nyawa telah melayang. Sebagai satu keluarga besar Amerika kita harus bersatu bersama-sama dan menggunakan seluruh pendekatan yang dapat kita lakukan untuk mengakhiri ini semua," katanya di Denver.

Perjalanan terakhir Obama ke Colorado adalah untuk mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga para korban aksi penembakan di sebuah gedung bioskop di Aurora, sebuah kota pinggiran di Denver. Awal pekan ini dia memerintahkan seluruh fasilitas pemerintah mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati korban penembakan di kawasan Milwaukee, Oak Creek.

Presiden dari Partai Demokrat itu telah berhati-hati dengan tidak mengambil sikap kontroversial terkait dengan pengendalian senjata. Hal itu merupakan isu yang rawan secara politik, terutama menjelang pemilihan umum. Kepemilikan senjata adalah topik yang sensitif bagi sebagian besar pemilih di negara-negara bagian, seperti Virginia dan Ohio yang Obama harap dapat menang pada pemilihan umum 6 November mendatang melawan kandidat dari Partai Republik, Mitt Romney.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement