REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Perdana Menteri Hamas di Gaza, Ismail Haniyeh, mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan warganya terlibat dalam serangan di perbatasan Sinai. Pascaserangan tersebut, pesawat Mesir melakukan penyerangan di wilayah perbatasan dengan Israel, menewaskan 20 militan yang dicurigai.
Serangan itu menjadi yang paling berdarah terhadap pasukan keamanan di perbatasan sejak Mesir berdamai dengan Israel pada 1979. Kelompok gerilyawan yang menentang eksistensi Israel telah meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di perbatasan sejak penggulingan Presiden Husni Mubarak tahun lalu.
Rabu pagi, pesawat Mesir menyerang sebuah sasaran dekat perbatasan dengan Israel dan tentara menyerbu sejumlah desa, setelah operasi dilakukan sehari sebelumnya. Serangan tu menjadi yang terbesar di Sinai sejak 1973 atau dalam hampir 40 tahun terakhir.
Militer Mesir mengatakan, angkatan darat dan udara akan memulihkan stabilitas di Sinai. "Pasukan mampu melaksanakan rencana itu dengan sukses. Pasukan akan melanjutkan rencana dan menyerukan pada suku-suku dan keluarga Sinai untuk bekerja sama dalam pemulihan keamanan tersebut," katanya.